Setelah pertemuan singkat dengan Selene dan Nyx malam itu, Kael merasa tenang—lebih tenang dari biasanya. Tapi bukan karena ia telah memenangkan simulasi. Bukan juga karena ia menciptakan jaringan bawah tanah dalam skenario dunia buatan.
Melainkan karena… untuk pertama kalinya sejak lama, seseorang benar-benar melihat dirinya. Meskipun hanya sepotong.
---
Hari berikutnya – Taman observasi kampus
Kael duduk di bangku pinggir kolam, membaca laporan teknis tentang struktur sosial di koloni orbit Saturnus. Tapi fokusnya terganggu oleh kehadiran seseorang.
Selene.
Ia membawa dua gelas minuman beruap lembut—salah satu teh sintetis paling langka di kampus.
"Teh Polaris," katanya pendek, menyodorkan satu padanya.
Kael menerima. "Membawakan minuman untuk seseorang yang kau 'tidak suka'. Kemajuan besar."
Selene mendesah, duduk di sebelahnya tanpa melihat langsung ke arah Kael. "Jangan terlalu percaya diri. Ini hanya... pengamatan lebih lanjut."
"Hm. Kau memang suka mengamati."
"Dan kau... terlalu suka menyembunyikan diri."
Mereka diam sejenak, menikmati teh masing-masing.
"Kenapa kau tidak mencoba menunjukkan siapa kau sebenarnya, Kael?" tanya Selene tiba-tiba. Suaranya tidak menginterogasi, tapi... tulus.
Kael tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap permukaan air yang berkilau, lalu berkata pelan:
"Aku pernah menunjukkan siapa aku. Dan dunia waktu itu... menghancurkannya."
Selene menoleh. Tak ada ironi dalam nada suaranya saat ia menjawab, "Mungkin kau belum bertemu orang yang tepat."
Kael akhirnya menatapnya. Sekilas. Tapi cukup untuk membuat Selene segera mengalihkan pandangan, pipinya memerah samar.
---
Sore hari – Laboratorium tak resmi Nyx
Kael diundang oleh Nyx ke tempat rahasianya—sebuah ruang observasi virtual yang dipenuhi jaringan holografik dan AI.
"Kenapa aku?" tanya Kael sambil menyentuh panel interaktif.
Nyx menjawab sambil duduk di atas meja, satu kaki menggantung. "Karena aku penasaran. Dan... karena kamu membingungkan."
"Sudah kubilang, bahaya bermain-main dengan teka-teki."
"Tapi tidak semua teka-teki diciptakan untuk diselesaikan, Kael." Nyx tersenyum kecil. "Beberapa hanya ingin dimengerti."
Ia berdiri, perlahan mendekat, lalu menunjuk ke dada Kael. "Aku tidak akan paksa kamu bicara. Tapi suatu saat... aku ingin tahu apa yang kamu sembunyikan di balik ini."
Kael tidak menolak. Tapi juga tidak membalas.
Lalu Nyx membalik badan dan menyalakan sistem.
"Mulai besok, kita akan masuk minggu terbuka. Semua siswa akan diberi kesempatan mengambil proyek investigasi. Aku ingin kamu satu tim denganku."
Kael mengangkat alis. "Kau yakin?"
Nyx tersenyum. "Kita akan lihat siapa yang lebih dulu jatuh—aku ke dalam labirinmu, atau kamu ke dalam duniaku."
---
Malam hari – Asrama Kael
Medeia kembali berbicara dalam pikirannya, kali ini dengan nada yang sedikit berbeda.
> "Kau membuka pintu, Kael. Bukan hanya ke dalam strategi, tapi ke dalam hati manusia. Apa kau siap jika akhirnya mereka melihat... sisi gelapmu?"
Kael berbaring, menatap langit-langit kamarnya yang membentuk pemandangan bintang buatan.
"Tak ada yang pernah benar-benar siap. Tapi... mungkin ini yang membuat semuanya layak."
---
Besok adalah hari dimulainya minggu terbuka, di mana para siswa akan masuk ke proyek-proyek nyata yang berisiko tinggi. Tapi di balik semua itu, muncul desas-desus...
Seseorang dari luar Akademi berhasil menyusup ke sistem utama.
Dan target mereka adalah: Kael Asver.
---
Pekan Investigasi – Hari Pertama
Akademi Zenith memulai program khusus tahunan: "Minggu Terbuka", saat siswa diberi akses untuk menyelami proyek nyata—baik penelitian teknologi, eksperimen sosial, bahkan penggalian data sejarah terlarang.
Kael dan Nyx memilih jalur yang jarang disentuh siswa lain:
Psikologi Populasi dan Distorsi Realita Sosial.
"Topik ini tidak akan populer," komentar Nyx saat mereka menerima akses masuk ke Arkib Psike level 3. "Karena terlalu dalam untuk mereka yang hanya ingin angka."
"Dan terlalu dekat dengan kenyataan," tambah Kael, sambil menatap daftar kasus lama yang dibuka: Insiden Kelompok Kelas Zeta, 4 tahun lalu.
Sebuah kelas elit yang hilang satu persatu. Tidak ditemukan jasad. Sistem menyebutnya 'anomali massal'.
---
Ruang Arkib Psike – Malam hari
Ruangan itu sunyi dan berdebu, meskipun digital. Proyeksi file terapung perlahan di udara, membentuk jalinan seperti otak manusia yang dikebiri.
"Ada yang aneh," bisik Nyx. "Log rekaman mental siswa Zeta dimanipulasi. Tapi jejaknya kasar... seolah sengaja dibiarkan."
Kael memperbesar satu fragmen video: seorang siswa tampak bicara sendiri di koridor, lalu berhenti... dan tersenyum kosong ke arah kamera.
"Aku bukan siapa-siapa. Tapi aku diperhatikan."
Lalu layar bergetar.
[DATA CORRUPTED]
Kael diam sejenak. "Seseorang ingin kita lihat ini. Tapi tidak semuanya."
---
Keesokan harinya – Kafe Akademi
Selene duduk tanpa diundang di meja mereka. Mata tajamnya menatap Kael, lalu Nyx.
"Aku ingin ikut."
Nyx langsung membalas, "Bukan urusanmu."
Tapi Kael hanya berkata, "Apa alasannya?"
Selene menatap Kael lebih lama dari biasanya. Lalu menjawab pelan, "Kakakku... adalah anggota Kelas Zeta."
Suasana langsung sunyi.
Nyx menoleh cepat. "Itu tidak pernah dicatat."
"Karena semua catatan dihapus oleh akademi," jawab Selene. "Kalian sedang menyentuh sesuatu yang jauh lebih besar."
---
Malam ketiga – Ruang observasi rahasia
Mereka bertiga menyambung data dari fragmen-fragmen terhapus. Tapi saat Kael menautkan dua jaringan terakhir, sesuatu... muncul.
Sebuah pesan teks, langsung ke layar mereka, hanya satu kalimat:
> "Cermin bukan hanya memantulkan wajah, tapi memata-matai siapa yang percaya padanya."
Tiba-tiba, seluruh sistem padam. Jaringan mati. Lampu ruangan berkedip.
Nyx langsung berdiri. "Ini bukan bagian dari sistem normal."
Selene menyalakan alat pengaman pribadi, lalu membeku. "Kita sedang dipantau. Langsung dari Lantai Pusat."
Kael menatap layar kosong. Perlahan, ia tersenyum kecil.
"Permainannya... akhirnya dimulai."
Sebuah organisasi misterius mulai menunjukkan taringnya. Dan Kael tahu, mereka tak hanya mengincarnya karena kecerdasannya...
Tapi karena ia bukan bagian dari dunia ini.
Karena ia memalsukan seluruh identitasnya dari awal.
Dan kini, cermin yang ia buat untuk menyamar... mulai retak.