Cherreads

Chapter 6 - BAB 6 : DI DALAM SARANG HANTU

00:42 – Terowongan Servis Bawah Zenith

Tiga sosok bergerak cepat melewati lorong-lorong gelap. Hanya cahaya kecil dari lensa kontak digital mereka yang menerangi jalan. Kael memimpin di depan, diikuti oleh Nyx dan Selene.

"Node Watchers ada di bawah sayap B-7. Sistem pengawasan konvensional tak menjangkau sini," bisik Kael. "Tapi mereka punya sesuatu yang lebih tua. Sesuatu yang lebih... hidup."

"Seperti AI?" tanya Nyx.

Kael mengangguk. "Tapi lebih dari itu. Mereka menyebutnya: Epitaph."

---

01:03 – Ruang Inti Sistem Watchers

Mereka tiba di sebuah ruangan dingin, penuh server vertikal dengan aura biru menyala. Di tengahnya, sebuah terminal aktif dengan simbol berbentuk mata.

Kael mendekat. Layar menyala sendiri. Sebuah suara elektronik terdengar—datar, tak berjiwa:

> "Identifikasi: Kael Asver. Satu dari sepuluh kandidat aktif. Protokol: Observasi."

Nyx tertegun. "Kandidat?"

Selene menyipitkan mata. "Kandidat untuk apa...?"

Kael hanya tersenyum samar. "Mungkin... menggantikan sang Direktur."

---

01:07 – Pengungkapan Rahasia

Kael mengakses arsip tersembunyi. Di dalamnya:

Rekaman siswa yang dipermainkan secara psikologis agar menyerah atau keluar dari Zenith.

Simulasi kegagalan yang dipaksakan secara sistematis untuk menguji ketahanan mental.

Dan satu hal lagi—file tentang dirinya sendiri.

Kode: "Project Mirage-001."

Wajahnya terpampang, tapi dengan nama berbeda.

"Kael V-13. Subjek pengamatan dengan anomali keputusan bebas."

Selene membaca pelan, "Kau bukan bagian dari sistem, Kael. Kau... eksperimen yang menolak skrip."

---

01:15 – Ancaman Aktif

Tiba-tiba, sistem bergetar. Lampu darurat menyala. Suara Epitaph berubah:

> "Penyusupan terdeteksi. Memulai prosedur pembersihan memori."

"Lari!" teriak Kael. Mereka kabur, membawa satu fragmen data—cukup untuk membuat seluruh Akademi menggigil... jika disebarkan.

---

02:01 – Di Luar Node

Mereka keluar dengan napas terengah. Nyx memegang tangan Kael. "Apa kau baik-baik saja?"

Kael menatap langit buatan Zenith. "Aku baik. Tapi sistem ini tidak."

"Karena sekarang..." Ia menatap fragmen data.

"...aku punya kebenaran yang bahkan mereka tak siap untuk terima."

Kael berhasil menyusup, dan kini memegang bukti nyata bahwa Akademi Zenith adalah eksperimen raksasa. Namun, di balik keberhasilan itu, sesuatu mulai berubah dalam sistem.

Seseorang—entah dari dalam atau luar—telah memutuskan untuk menghentikan Kael dengan segala cara.

03:19 – Balkon Timur, Asrama Zenith

Udara dingin menyentuh kulit, tapi Kael berdiri tenang di tepi balkon. Di tangannya, fragmen data tentang dirinya sendiri masih menyala redup.

"Kael."

Suara itu lirih, nyaris ragu. Selene muncul dari bayang-bayang, masih mengenakan jaket panjang dan tatapan yang sulit diterjemahkan.

Kael tak menoleh. "Kau belum tidur."

"Aku tak bisa. Aku masih mendengar suara dari sistem itu. Seolah... kita belum keluar sepenuhnya."

Diam.

Selene mendekat. "Kau tahu kenapa aku bergabung ke Zenith?"

Kael menatapnya sekilas.

"Karena aku ingin tahu kenapa dunia begitu... kosong. Bahkan saat aku berada di tengah keramaian."

Kael terdiam.

"Aku pikir kau juga begitu, Kael. Tapi kau berbeda. Kau bukan mencari jawaban... kau adalah pertanyaan itu sendiri."

Ia mendekat. Sangat dekat.

Dan untuk sesaat—waktu seolah berhenti.

Tatapan mereka terkunci.

Lalu, Selene membisik:

> "Kalau kau jatuh... biarkan aku jadi orang yang jatuh bersamamu."

Kael menjawab dengan kalimat yang sederhana tapi menusuk:

> "Kalau aku jatuh... pastikan aku tetap jadi misteri, bahkan di dasar jurang itu."

---

04:01 – Ruang Komunal Lantai Tiga

Sementara itu, Nyx menatap layar yang menampilkan peta digital sistem Zenith. Tapi perhatiannya goyah. Matanya kosong, pikirannya tak lagi pada data.

"Dia tak membiarkan kita masuk ke dalam dirinya," gumamnya. "Seakan... dia ingin kita menebak. Tapi semakin kita menebak, semakin kita jatuh."

Nyx teringat saat Kael melindunginya dari ledakan sistem kemarin. Wajahnya dingin—tapi tangannya gemetar.

"Bodoh... kenapa aku makin peduli?"

Ia tertawa pahit.

"Kael, sialan... kau racun yang mematikan, tapi rasanya terlalu manis."

---

04:23 – Pintu Kamar Kael

Terdengar ketukan.

Kael membuka pintu. Nyx berdiri di sana, tak berkata apa-apa. Hanya menatap.

Kael mengangkat alis. "Tak bisa tidur juga?"

Nyx mengangguk pelan.

Ia tak masuk. Tapi juga tak pergi.

"Kalau kau terus begini," kata Kael datar, "seseorang akan salah paham."

Nyx menatapnya lama. "Biar saja."

Lalu ia pergi—tapi meninggalkan satu benda di genggaman Kael. Sebuah liontin kecil.

Di dalamnya: foto lama. Nyx dan seorang anak laki-laki berambut putih, saat masih kecil.

Kael menatapnya lama.

"...Itu aku?"

---

Akhir Interludium – Jeda Sebelum Badai

Dua hati mulai bergolak. Tapi Kael tetap dingin. Tetap memegang kendali.

Atau... hanya berpura-pura?

---

More Chapters