Lana
Aku terbangun dalam keadaan menggigil.
Kepalaku berdenyut hebat, mataku terasa panas seperti terbakar, dan setiap tarikan napas terasa seperti belati menusuk paru-paruku.
Dada ini sesak. Sakit.
Aku mencoba bergerak sedikit, tapi seketika rasa nyeri tajam menjalar dari tulang rusukku yang patah. Rasanya seperti ada serpihan kaca yang bergesekan setiap kali aku bernapas.
Aku tersentak, mulutku terbuka untuk menghirup udara, tapi yang kudapat hanya rasa perih di tenggorokan.
Aku haus.
Tidak, lebih dari itu—tubuhku benar-benar kehabisan tenaga.
Aku sudah dua hari di sini. Terkunci, sendirian, dalam kegelapan.
Perutku kosong, berkeroncong dengan perih yang menusuk, tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Aku bahkan tidak bisa duduk.
Aku hanya bisa berbaring, menatap langit-langit kamar yang dingin dan remang-remang, sambil menahan napas setiap kali rasa sakit di tulang rusukku menjadi terlalu menyiksa.
