Ledakan sihir tadi masih bergema di udara saat suara gaduh menyeruak dari sisi perkemahan.
Tenda Ezric terbuka lebar. Bocah itu muncul dengan rambut berantakan dan ekspresi panik, masih memeluk bungkusan artefaknya seperti bantal kesayangan.
"Apa-apaan—" suaranya terputus saat melihat dua siluet yang berdiri di tepi cahaya api unggun.
Sylas dan Kaelith.
Bahkan kedua makhluk seperti kuda penarik kereta itu menggeram, gelisah dan mengeluarkan suara yang cukup berisik. Mereka berusaha melarikan diri dari tali yang mengikat mereka di pohon. Seolah bisa merasakan bahaya yang menyelimuti udara.
Sylas melangkah maju. Wajahnya masih tersenyum, tapi langkahnya penuh arti tersembunyi.
"Kami tidak datang untuk berdebat. Kami hanya akan membawa istri kami kembali," katanya tenang.
Lucen menggeser tubuhnya, membuat posisinya semakin menutupiku. Bahunya rileks, tapi sihir hitam berdenyut samar dari kulitnya.
"Dia bukan milik kalian," gumam Lucen. Dingin.