Tampak dua makhluk berbeda ras berjalan santai digurun yang tandus, melewati hamparan tanah yang gersang. Mereka berjalan tanpa rasa lelah, terus melangkah seolah semangat tidak ada didalam diri mereka.
Sudah hampir berjam jam lamanya ( Berpuluh puluh tahun dibumi) mereka berjalan tanpa arah. Nixe memimpin jalan hanya bermodalkan arah gugus bintang dilangit.
Sedangkan Reims mengikuti langkah aneh yang dilakukan oleh Nixe. Meski begitu Reims tetap mengikutinya, hanya Nixe lah yang mengetahui petunjuk kemana mereka harus melangkah.
"Menurut arah gugus bintang yang bersinar diatas sana, sepertinya kita menuju kearah utara!"
Nixe mengamati gugus bintang diangkasa yang terlihat seperti persegitiga dalam rekayasa susunan bintang yang acak.
Nixe sudah terbiasa berjalan hanya bermodalkan gugus bintang dilangit, tanpa harus menggunakan kompas seperti makhluk lainnya.
Mengamati gugus bintang dilangit merupakan salah satu adat dari rasnya yaitu planet Sevenlight, Nixe mengikuti adat dari kebiasaan rasnya dulu yang menatap gugus bintang sebagai arah jarum kompas.
"Aku tidak tahu bagaimana kau dapat mencari arah hanya mengamati gugus bintang disana, tapi aku akui caramu begitu kuno sekali!"
Reims memuji Nixe yang dapat menganalisis serta memperkirakan kemana mereka harus melangkah, hanya bermodalkan gugus bintang.
Reims menyadari bahwa di alam semesta ini mempunyai keunikannya sendiri bagi tiap tiap ras.
Dulu Reims tidak mempercayai bahwa alien itu ada saat dia berada dibumi, dimana alien hanya dianggap cerita fiksi belaka.
Tetapi sekarang Reims melihatnya dengan jelas, tak cuma alien itu ada namun alam semestapun memiliki pilarnya sendiri.
Yang mana tiap pilar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Seperti Multiverse ini yang sangat luas luar biasa alam semestanya melebihi Universe.
Namun sangat disayangkan, Multiverse dihuni banyak makhluk makhluk rakus akan kekuasaan. Menjadikan Multiverse sebagai alam semesta petarung bagi verse terendah dari verse lainnya.
"Giga Stars? Ultimatum Volt Nexus?"
"Akan kuhancurkan kalian hingga membiarkanku memasuki Megaverse selanjutnya!"
Reims berniat mengalahkan dua tokoh makhluk penguasa Multiverse, namun Reims mengundurkan niatnya itu.
Reims sadar kekuatannya masihlah lemah apabila menghadapi makhluk lain yang jauh lebih mengerikan darinya atas kekuatan mutlaknya.
Reims tidak mau meremehkan musuh musuhnya, sebab saat ini dia memasuki kandang musuh bukanlah alam semesta dimana dia berasal.
"Tuan Reims, kita perlu menunggu beberapa waktu untuk mencegat salah satu kapal tempur Night Sea Deathronlys yang akan melintas nanti!"
Nixe mencari tempat persembunyian yang aman dari jangkauan musuh. Nixe juga memprediksi dengan sangat yakin setelah mengamati gugus bintang di angkasa.
Nixe memiliki rencana membajak dan merampas kapal tempur milik bajak laut luar angkasa. Dengan cara itu mereka bisa menjelajahi luar angkasa tanpa harus ada kendala.
"Kita lihat apakah ramalan recehmu itu terbukti benar?"
Reims memilih duduk diatas batu besar mengamati tingkah aneh dari Nixe. Reims sebenarnya tidak mempercayai ucapannya itu, tentang akan ada kapal tempur yang akan melintas.
Bagaimanapun Nixe hanyalah alien lemah yang tidak punya kekuatan yang kuat, tentu dia akan dianggap gila jika punya wawasan tinggi.
Tapi Reims membiarkan Nixe yang tampak aneh itu, terus mengamati bintang diangkasa sana seolah itu adalah kompas alami miliknya.