Desa Flungle terkenal akan persatuan erat dan sejahtera sejak leluhur mereka dulu. Maka tak diragukan lagi aktivitas bekerja sama seperti bergotong royong sudah menjadi lambang desa.
Para penduduk desa Flungle akan saling membantu sesama, mereka akan bekerja sama membangun desa menjadi tempat yang aman sebagai rumah pelindung tanah lahir mereka semua.
Disiang hari yang cerah, banyak penduduk desa beristirahat sejenak dari pekerjaan mereka sambil bersuka cita.
"Hahaha!"
Beberapa orang tertawa keras bertukar cerita seru sebagai obrolan ringan mereka.
Para laki laki baik tua dan muda saling bekerja sama membangun desa, bahkan merancang keamanan desa. Sedangkan para wanita maupun gadis desa, mereka menyediakan makanan dan minuman kepada semua orang.
Tak sedikit dari mereka mengerjakan pekerjaan mereka, seperti berbagi peran sesuai keahlian mereka semua.
"Sialan, ternyata orang itu bernama Eltypo? Sungguh nama yang jelek sekali!"...
Storm beristirahat dibawah rindangnya pohon sembari menikmati segelas Wine dengan santainya.
Tak hanya dia saja, beberapa gadis juga pemuda lainnya ikut bergabung bersamanya. Menjadikan ditempat yang teduh itu tampak ramai dan asyik sebagai tempat beristirahat.
Salah satunya ada Shylpy, dia yang telah menyelesaikan berburunya dihutan terlarang turut ikut bergabung dalam obrolan mereka.
"Begitulah tuan Rem...
"Eltypo adalah pemuda serigala yang sulit diatur juga keras kepala!"
Asgart Ifryst, pemuda rusa dengan rupa wajah biasa saja. Diatas kepalanya ada dua pasang tanduk rusa rincung indah, dan ekor seperti rusa dibelakang tubuhnya.
Argart membenarkan perkataan tuan Rem itu. Eltypo memang seperti itu orangnya, sombong juga keras kepala.
"Tidak apa kak Rem, kita harus tetap menjaga kelestarian kedamaian desa ini dari sikap saling membenci!"
Emily duduk dengan pose kedua paha ditekuk, dan dengan ramah dia berharap tuan Rem tak mempermasalahkan sikap Eltypo.
"Kamu benar Emily, dia terkenal seperti itu tak akan mudah mengaturnya jika bukan karena Carol!"
Shylpy meminum segelas Wine dan membenarkan temannya itu bahwa tak perlu memikirkan soal Eltypo.
"Aku tak mempermalahkannya, tetapi orang seperti dia harus kuberi pelajaran agar tahu apa itu sopan santun?"...
Storm mengangguk mengerti saran dari teman barunya didesa Flungle.
Tak ada salahnya dia beri pelajaran, namun dia mengurungkan niatnya.
Storm tak terlalu memperdulikan sikap Eltypo yang terkesan membencinya. Dia lebih baik fokus pada tujuannya saat ini, menghiraukan orang 2 aneh tak senang dengan kehadirannya didesa ini.