Keesokan harinya.
Tibalah hari dimana semua penduduk desa berkumpul dialun alun desa Flungle.
Mereka semua menunggu dan menyaksikan langsung tuan Rem menggunakan kekuatannya menundukkan langit atas kuasanya.
Namun tak sedikit dari mereka ragu, sebab tak mungkin seorang manusia biasa mampu melakukan hal mustahil itu.
"Hmm...
"Sepertinya mereka sedikit ragu?"
Storm tak terlalu memperdulikan reaksi mereka semua, penduduk desa itu.
Lalu Storm perlahan mengangkat satu tangan kanannya keatas udara dengan jari jarinya ditekuk kebawah.
Secara perlahan kedua bola matanya memerah seperti warna merah darah.
"Whusss!
Aura kuat berhembus kencang bagaikan badai yang menghantam permukaan tanah.
Tiba tiba saja langit yang awalnya cerah berubah menjadi langit merah, seolah dunia dilanda pasca perang dahsyat dimuka bumi.
Dalam hitungan detik saja langit berguncang kuat, petir menyambar dengan dahsyatnya seolah tak mau tunduk pada entitas mengerikan yang berusaha menundukkannya.
"Tunduklah langit sialan jika tidak aku akan hancurkan saja dunia ini?"...
Storm dengan nada serius mengancam langit dan akan menghancurkan dunia game menggunakan kekuatan miliknya.
Tak lain Etential Black Hole, dimana kekuatan itu mampu menghisab objek apa saja bahkan cahaya sekalipun.
Dunia game akan musnah dalam sekejab apabila Black Hole dari Etential sejatinya semakin membesar maka daya hisapannya semakin kuat pula.
"BRUARH!"
Entah apa yang terjadi tiba tiba saja petir kilat raksasa menyambar kearah Storm dengan kecapatan tinggi.
Semua orang terpaku kaku didalam berdiri mereka menyaksikan petir raksasa menuju kearah desa mereka. Satu hal yang pasti, harapan mereka tertuju pada tuan Rem seorang.
"Awas tuan Rem!"
Teriak Carol, Emily, dan Shylpy secara bersamaan saat petir kilat mengarah kepadanya.
Storm hanya tersenyum tipis sembari tetap berdiri tegap ditempat.
"Serangan lemah seperti ini tak akan cukup mengalahkanku, langit sialan!"
Dalam satu kali kibasan tangan saja Storm menghancurkan kilatan petir raksasa yang menuju kearahnya.
"Whussh!
"DUARRH"
Udara meledak dengan dahsyatnya saat kilatan petir tak mampu menggores luka kepada pemuda mengerikan itu.
"Tidak mau menyerah ya? Baiklah, sepertinya aku harus memberimu sedikit peringatan?"...
Storm yang tidak tahan lagi mencoba mengaktifkan Etential Black Hole.
Dimana Black Hole yang dikeluarkannya bukan berasal dari kemutlakan tetapi Absolute. Tak seorangpun yang dapat terhindar dari mahabencana Power Potentialnya.
Namun sebelum itu.
"Lihat langit kembali cerah?"
Teriak salah satu penduduk desa dengan ceria karena langit tidak lagi berwarna merah mengerikan.
Sontak semua orang bersorak sorai atas keberhasilan tuan Rem. Mereka bisa merasakan jika musim sekarang tetaplah musim panas, dan itu artinya mereka masih memiliki waktu menyediakan persiapan musim dingin tiba.
Semuanya menyebut tuan Rem sebagai pahlawan mereka atas kekuatan dan juga kebaikan hatinya.
"Mengapa langit sialan itu mendadak takut?"
Storm mengangkat bahunya dengan malas juga mengurungkan dirinya menghancurkan dunia ini.
Wajar saja langit ketakutan bagaimana tidak pemuda mengerikan itu ingin menciptakan Black Hole didunia ini. Bukannya kabar baik, justru itu adalah bencana mahadahsyat.
Semua benda baik planet dan kehidupan akan tersedot masuk kedalam lubang hitam. Mau tidak mau langit mengurungkan dirinya memberi hukuman kepada pemuda kurang ajar itu.
"Terima kasih tuan Rem, anda berkenan menolong kami dan sudi menjadi bagian dari kami!"
Shylpy bersama teman seumurannya mengerumuninya dan berterima kasih atas kebaikan hatinya.
"Tidak masalah, sudah semestinya sesama manusia saling menolong...
"Terima kasih juga karena aku diperbolehkan tinggal didesa ini!"
Storm tersenyum kecut karena tak nyaman dia menjadi pusat perhatian banyak gadis desa.
Storm menghela nafas panjangnya bukan karena lelah tetapi karena gayanya terlalu mencolok.
Seharusnya dia berpenampilan biasa saja, tetapi dia senang setidaknya bisa membuat mereka senang meski hanya sebatas kagum belaka.