Mereka menenun karpet di bawah kakiku.
Benang-benang kenyamanan yang palsu,
Pola-pola keselamatan yang sudah dirancang untuk pecah.
Dan tepat ketika aku berani percaya, tepat ketika tumitku mantap di atas bualan mereka.
Mereka menariknya dengan presisi. Menyebarluaskan kalimat yang bahkan mereka tak sampai otak memahaminya.
Aku jatuh, aku terlipat, aku retak,
dan mereka bertepuk tangan. Bukan untuk lukaku, tapi untuk pertunjukan runtuhku.
Tapi lantainya bukan milikku, keseimbangannya tak pernah kupunya, kejatuhan itu telah mereka susun dengan rapi.
Mereka menyeret tanah di bawahku, mereka menghapus pegangan, mereka melubangi bumi, lalu bertanya kenapa kakiku gemetar.
Mereka menyebutku tangguh, penyintas permainan yang mereka ciptakan.