Cherreads

Chapter 8 - Rahasia Yoona

...

Ketiga gadis itu menengok bersamaan, melihat gadis berambut hitam sebahu berdiri

di ambang pintu dengan raut wajah ketakutan, gadis itu menggigit bibir bawahnya melihat darah yang berceceran di lantai, kemudian segera mengambil ponsel yang ikut dia jatuhkannya tadi dengan gugup.

"M-maaf, aku tidak sengaja datang, anggap saja kalian tidak melihatku!" gadis itu terburu berlari dengan ceroboh terpeleset hingga lututnya berdarah. "Ukh, sakit sekali!" pedihnya memegangi lututnya, kakinya terlalu sakit untuk berdiri.

"Aroma darah yang pekat...." ketiga Vampire itu secara tidak sadar mendapat kembali insting alaminya. naluri alamiah yang di miliki Vampire setiap kali mencium, bau darah. Kepala Yoona mendadak sakit, dadanya bergejolak, padahal dia selalu bisa menahan diri selama ini, darah gadis itu spesial, darah yang bisa membangkitkan rasa haus Vampir yang sudah lama tertidur sekalipun, rasanya pasti amat sangat lezat, tapi Yoona membuang semua pikiran itu jauh-jauh, dia tidak boleh menyakiti teman sekolahnya.

"Kyaaa...." Yoona segera tersadar saat mendengar teriakan gadis itu, kini Elly dan Serena berlari ke arahnya dengan dua taring tajam, yang di siapkan untuk mengoyak tubuhnya.

"Tidaaak...."

...

"Sudah terlalu terlambat untuk di hentikan, dua gadis itu mengoyak dagingnya dan meminum darahnya tanpa perasaan, mereka bagai binatang buas yang baru pertama kali mendapat mangsa besar!" Yoona memijit kepalanya pening memikirkan saat itu, dia hanya bisa berdiri mematung melihat tubuh teman sekolahnya di koyak, dan darahnya di minum habis oleh dua gadis itu.

Saat Yoona hendak membunuh kedua Vampire itu, Aldric datang berlari dan langsung memeluknya. Yoona terpaku keheranan dengan tingkah Aldric, belum lagi pikirannya berkecambuk, tentang bagaimana Aldric bisa masuk, dan menerobos sihir pertahanannya. "Jangan membunuh, aku tidak mau tanganmu jadi kotor, karena membunuh."

Sejak kecil diam-diam mereka tumbuh bersama tanpa sepengetahuan siapapun bahwa mereka saling mengenal, gadis ini bahkan tidak rela membunuh seekor kelinci untuk ia minum darahnya, tidak mungkin pembunuhan ini adalah Yoona, pelakunya.

"Lalu, setelah itu kau apakan dua Vampire itu?" Luna bertanya penasaran dengan nasib dua Vampire itu, sungguh beruntung Aldric datang menyelamatkan mereka. "Ku kirim mereka ke padang pasir!" Liza menyemburkan air yang diminumnya, gadis itu memang memang benar-benar psikopat gila, walau sudah di hentikan sekalipun dia memang tidak berniat untuk melepaskan kedua gadis itu, sumber makanan utama vampire adalah darah, disana bahkan air saja sulit di temukan, apalagi darah. Bisa dipastikan dalam seminggu dua gadis itu akan sudah mati mengering, disana.

Jika dalam buku cerita yang di buat manusia, vampir memiliki kecenderungan takut akan sinar matahari, tapi itu semua tidak sepenuhnya benar, karna vampir terdiri dari beberapa ras dan golongan, vampir yang takut akan sinar matahari biasanya yang tinggal di daerah dingin dan lembab seperti daerah selatan, mereka tidak terbiasa dengan udara yang hangat, biasanya mereka menyiapkan peti yang terbuat dari balok es untuk tidur.

Sementara untuk Vampir yang terbiasa tinggal di daerah tropis, sinar matahari bukanlah suatu permasalahan, yang besar.

"Tapi Yoona, kau bilang darah gadis yang mati itu spesial, memangnya apa yang membuatnya spesial?" Luna kembali bertanya dengan penasaran. Yoona memakan kebabnya sembari berpikir, "Dia pemilik darah manis, jarang sekali bertemu dengan pemilik darah manis, sayang sekali dia harus mati dengan cara yang tragis!"

Memang sangat jarang manusia memiliki darah yang manis, pemilik darah itu biasanya hanya muncul satu dalam tujuh masa garis keturunan. "Tapi akhir-akhir ini kau terlihat aneh, maaf sudah sempat menyangka kau yang membunuh gadis itu." Pada dasarnya Yoona adalah vampire, walau sejak kecil ia tidak pernah mau meminum darah, tapi dia tetap makhluk yang memiliki insting naluriah, suatu hari dia pasti akan meminum darah. Vampire biasanya akan sangat bergantung dengan darah, sehari tidak meminum darah mereka akan seperti kehilangan akal. Tapi Yoona, mereka berempat merasa belum sepenuhnya mengenal Yoona, "Aku tidak butuh meminum darah!"

Keempat yang lainnya tercengang dengan penuturan Yoona barusan, mana ada vampire yang tidak meminum darah, walau mereka sekalipun tidak pernah melihat Yoona meminum darah, tapi tidak mungkin selama hidupnya tidak pernah meneguk walau hanya setetes darah. "Lalu kau makan apa?" Yoona dengan cepat kembali menukas, "Kemangi." Semuanya mendengus kesal dengan jawaban yang tak sesuai harapan, memang ada alasan Yoona begitu menyukai kemangi, semenjak memakan kemangi kulitnya tidak pernah sensitif lagi terhadap sinar matahari, karna Yoona memang terlahir di daerah yang cukup dingin, walau tak sedingin daerah selatan. selain itu kemangi juga bisa menetralisir bau menyerbak dari masakan yang di campur bawang, tapi bukan itu jawaban sebenarnya.

"Kau bercanda padahal kami sangat penasaran!" decak sebal keempatnya, membuat Yoona tetawa puas melihat ekspresi mereka. "Kalian tau kan setiap bulan purnama muncul aku pasti akan keluar." keempatnya mengangguk. "Aku keluar untuk makan, makananku adalah sinar bulan." Yang lain melotot takjub, tidak menyangka Yoona cukup berbeda dari kebanyakan vampire lainnya, baru pertama kali mereka dengar vampir yang hidup dengan memakan sinar bulan, mungkin saja Yoona adalah satu-satunya.

Bella menutup mulutnya takjub.

"Pantas saja mana-mu sangat banyak, ternyata kau benar-benar spesial. Apa seluruh keluargamu juga hanya memakan sinar bulan?" Yoona langsung menggeleng. "Tidak hanya aku saja."

"Kau keturunan vampir terbaik, Yoona." ungkap Luna dengan terpukau.

"Oh ya, aku melupakan satu hal." di tengah- tengah Suzy memotong teringat satu hal. Yang lain menengok melihatnya dengan penasaran. "Ada apa?"

Alis Suzy mengerut dengan raut khawatir.

"Satu bulan lagi genap lima ratus tahun setelah hari itu. Liza, kau ingat kondisi alam sebelum Yoona datang, bukan. Aku takut hari itu akan terjadi kemalangan besar, pada kita." yang lainnya ikut terpikir, apalagi Liza yang sangat tahu bagaimana kondisi hari itu.

Langit yang semula tenang tiba-tiba bergemuruh hebat, angin besar tiba-tiba datang merobohkan beberapa pohon di sekitar kastil. Suzy dan Liza berkerjasama melakulkan sihir pertahanan untuk melindungi kastil. Sekelibat mereka lihat awan yang tiba-tiba berubah menjadi ungu kemudian menghilang.

"Uuhh... Aku jadi merinding!" Liza begidik jika mengingatnya, betapa kacau balaunya hari itu, kemudian Aldric tergopoh berlari menghampiri mereka, dengan menggendong Yoona yang kakinya terluka. 'Tolong jaga dia!' setelah mengatakan itu, Aldric berlari pergi, meninggalkan mereka ke hutan dalam.

Yoona terdiam ikut memikirkan itu. Ya, banyak yang terjadi pada hari itu, kematian seluruh keluarganya, klannya yang hancur, dan dia kehilangan sahabatnya.

"Haha...." Yoona tertawa sembari menutup matanya dengan satu tangan, matanya mulai berkaca, ia malu menunjukkannya. Ia mendongak ke atas agar air matanya kembali masuk, sementara ia tutupi dengan tawanya.

Bella mengambil inisiatif melihat suasana yang tegang.

"Sudahlah, bagaimana jika esok kita undang Aldric untuk datang dan makan bersama, setelah sekian ratus tahun Yoona pasti begitu merindukan Aldric, bukan!" Yoona diam-diam menyeka air matanya kemudian mengangguk setuju. "Tentu saja!"

More Chapters