"Lalu, bagaimana akhirnya?" saat ini di taman belakang kastil tua, burung gagak bertengger di atas pagar besi yang sudah sedikit berkarat dengan di tumbuhi tumbuhan menjalar, kemudian dia terbang pergi dengan cepat, saat melihat seekor tikus tanah yang keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Rantai makanan yang terus berputar di hutan rimba.
"Jadi kau menghabisi mereka berdua?" saat ini mereka berlima sedang duduk berkumpul di meja taman, dengan secangkir teh hangat, duduk berunding membicarakan dua Vampire yang bertengkar dengan Yoona, kemarin.
"Aku belum sempat!" ucap Yoona menyeruput secangkir tehnya kemudian kembali meletakkannya di atas meja, membuat mereka berempat menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Yoona menghela nafas, menghirup udara hutan di pagi hari, di lihatnya monyet-monyet yang bergelantungan di atas pohon, kemudian mulai menceritakan kejadian kemarin mulai dari awal.
Kemarin, Di sekolah.
"Di mana Yoona, aku tidak bisa menemukannya di mana pun?" berempat gadis berkumpul setelah berpencar mencari keberadaan Yoona, yang menghilang sejak tadi. Sudah mereka cari, bahkan menggunakan sihir sekalipun, tapi tetap tak bisa menemukan keberadaan Yoona.
"Akankah kita tanya saja pada Aldric. Oh ya, dimana Aldric, dia langsung menghilang sesaat setelah melihat mayat itu di evakuasi." yang lain melihat kesekitar berusaha menemukan Aldric, tapi entah pergi kemana dia, mereka sama sekali tidak bisa menemukannya. "Entahlah!"
"YOONA, BERHENTI!" Yoona melepaskan cekikannya pada dua gadis itu, saat Aldric mendobrak pintu dan berlari menghentikannya.
Mata Yoona berkilat tajam dengan tatapan dingin dan taring tajam yang muncul diantara sela-sela giginya, dia tidak pernah semarah ini sebelumnya, kalau saja dua gadis itu tidak mengusik hidupnya dan menyebabkan kematian salah satu teman sekolahnya. matanya yang merah menyala perlahan memudar bersama dengan datangnya Aldric.
Dua gadis itu terbatuk menghirup nafas sebanyak-banyaknya, karna tadi hampir saja mereka mati kehabisan nafas, jika Aldric tidak segera datang, menghentikan Yoona.
Ini semua memang salah mereka yang terlalu berani mencari tahu tentang Yoona, bahkan sampai mengusiknya, siapa sangka dia memiliki kekuatan besar yang membuat mereka kewalahan menghadapinya, padahal tidak tercium setetes pun bau darah dari tubuhnya, lantas darimana dia dapatkan kekuatan itu, sementara sumber kekuatan Vampire adalah dari darah yang di minumnya.
Pukul 05.40
"Kau mau pergi kemana, Yoona?" tak seperti bisanya, Yoona berangkat ke sekolah lebih awal dan pergi sendirian tanpa keempat temannya yang bahkan belum bersiap-siap. Aura gadis itu sedikit berbeda dari biasanya, ucapan nya terkesan tegas, dan dingin. raut wajahnya pun sangat serius.
"Ada hal yang harus aku bereskan!" ucap Yoona berjalan ke luar dengan menggenggam secarik kertas yang ia temukan di dalam tas sekolahnya tadi siang. Empat gadis yang lainnya hanya saling menatap dengan bingung, tapi mereka juga tidak bisa menghentikannya pergi, sehingga hanya bisa membiarkannya begitu saja, kalau memang ia butuh bantuan mereka, ia pasti akan segera mengatakannya pada mereka.
/Datanglah ke sekolah pukul enam pagi, kami tau rahasia yang kau sembunyikan, kami hanya ingin membuat kesepakatan, datanglah jika tidak ingin
rahasiamu tersebar!/
Yoona sampai di sekolah, ia turun dari motor besarnya yang ia parkirkan di depan sekolah yang masih terlihat sepi, hanya beberapa lampu koridor yang masih menyala. Yoona melepas helm dari kepalanya, melihat ke sekeliling merasakan hawa magis yang cukup kental saat sekolah tidak ada orang, dia berjalan sepanjang lorong mencari keberadaan orang yang menuliskan surat itu padanya.
"Disana!" Yoona berjalan menuju lift menekan tombol ke lantai empat, aroma darah semakin tercium dan terasa begitu pekat saat lift semakin naik ke lantai empat. "Ukh, aroma darah hewan segar, apa ini darah sapi?" Yoona menutup hidungnya berjalan ke arah aroma pekat itu tercium.
Kini gadis itu berjalan maju menemukan asal aroma darah pekat berasal dari kelas yang berada di ujung koridor. Baru saja Yoona melangkahkan satu kaki masuk, ia sudah di sambut dengan darah yang berceceran di lantai, dan juga seorang gadis yang sedang dengan rakusnya meminum darah dari gelas besar, bahkan sampai membuat banyak noda di baju seragamnya.
"Kau sudah datang!" salah seorang gadis muncul dan dengan senangnya menyapa Yoona yang tengah menatap lurus gadis yang sedang duduk di lantai meminum darah. Elly menegur Serena yang masih tengah asyik meminum darah itu dan tak menyisakannya setetes pun, kemudian dengan sihirnya membersihkan noda darah di lantai dan juga di seragamnya.
"Dia sudah datang, kenapa masih sibuk sendiri!" tegur Elly menarik Serena agar berdiri dan menyapa Yoona yang kini tengah menatap mereka dingin.
"Kami sudah tau soal dirimu!" Yoona menaikkan sebelah alisnya sembari memperhatikan mereka dari atas kebawah. "Tau apa?" tanyanya dingin. Dua gadis itu saling menatap, kemudian kini berbalik menatap Yoona.
"Kami sudah cari tahu tentang dirimu, kau juga seorang Vampire, bukan? Kami ingin kau tinggal bersama kami, aku yakin masih banyak Vampire terbuang lainnya seperti kita, kita akan mencari mereka semua lalu kita semua akan membentuk kelompok." Elly menjelaskan dengan penuh kebanggaan, gadis itu menyatukan tangannya membentuk kepalan, sembari tersenyum bahagia mengetahui bahwa bukan hanya dia dan Serena saja Vampire yang hidup, di dunia manusia ini.
"Setelah kita menjadi kelompok besar, kita akan menjadi kuat, lalu kita bisa mulai memburu manusia tanpa perlu merasa takut lagi, aku pernah minum sekali, dan rasanya sangat lezat."
"Ini, minumlah. Ini adalah darah sapi segar yang dapat memulihkan energi!" Serena menyodorkan botol berisi darah sapi segar kepada Yoona, siapa sangka gadis itu hanya diam tanpa medulikan mereka berdua. Yoona melipat tangannya kemudian menyibak botol itu hingga terjatuh kelantai, dan darah di dalamnya bececeran kemana-mana.
"Kau...!" mereka berdua terlihat terkejut dengan respon Yoona, Serena ingin mengambil botol yang masih tersisa setengah darah di dalamnya dengan sayang. namun Yoona dengan kesalnya menendang botol itu hingga semua darahnya keluar, dan tak tersisa di botol. Yoona berjalan lebih dekat, kemudian mencengkram dagu dua gadis itu dengan kuat. "Vampire rendahan, berani sekali mengusikku. Apa kalian tau, kalian terlalu rendah untuk menghidupiku, memberi surat ancaman dan berani memerintah ku, kalian pikir kalian siapa!" dua gadis itu termangu, merasakan hawa intimidasi dari Yoona, mereka terdorong saat Yoona melepas cengkramannya, dengan sedikit takut perlahan mundur, saat gadis itu secara perlahan melangkah, mendekati mereka berdua.
"Jangan terlalu sombong, Kita sama-sama Vampire bukankah harus saling akur!" Serena mengeratkan giginya dengan kesal, menatap lurus ke atas.
Braakk...
Mereka bertiga bersamaan menengok saat terdengar suara benda jatuh dari arah pintu masuk. sebuah botol menggelinding dari arah pintu dan terlihat seseorang yang berdiri mematung di sana.
"M-maaf..."