Cherreads

Chapter 24 - Bab 24: Bayangan Keempat

Hening menyelimuti ruang dewan waktu pagi itu. Hanya derit halus kertas-kertas kristal yang berpindah dari tangan Reina ke meja utama. Di sisi lain ruangan, Nazer duduk tegak, dikelilingi tatapan penasaran — dan waspada — dari seluruh petinggi Auralis.

Rania duduk di tengah. Tak sebagai penguasa. Tapi sebagai tanya yang hidup.

“Jelaskan semuanya,” ucapnya pelan. “Dari awal.”

Nazer menunduk, lalu membuka gulungan holografik dari masa depannya. Dalam sekejap, ruang dipenuhi proyeksi—peta waktu, titik-titik pecah, dan lingkaran gelap di bagian terdalam dimensi waktu.

“Inilah yang kami sebut Bayangan Keempat.”

---

Semua bergeming.

“Kael menciptakan tiga jalur waktu alternatif setelah ia kehilangan kendali atas pusat waktu. R1N1, R1N2, dan R1N4 adalah bagian dari proyek tersebut.”

Elvaron mengangguk. “Kami sudah tahu tiga jalur itu.”

“Tapi yang tak Kael duga…” Nazer menatap mereka semua satu per satu, “adalah bahwa percobaan waktu tersebut menciptakan jalur tanpa batas kesadaran. Jalur liar yang berkembang sendiri… menciptakan sesuatu dari keputusasaan, bukan logika.”

Rania menggertakkan gigi. “Makhluk?”

Nazer mengangguk pelan.

> “Sesuatu yang tidak punya bentuk tetap. Tapi punya satu tujuan: menghapus seluruh pilihan dari garis waktu.”

---

Reina berdiri dari kursinya. “Jika dia muncul, semua dimensi akan diserap ke dalam kehampaan. Kita tak akan lagi punya masa lalu, masa kini, atau masa depan.”

Arven menatap proyeksi itu dengan rahang mengeras. “Apa Kael tahu?”

“Dia tahu,” kata Nazer lirih. “Tapi dia tak bisa mengendalikannya. Bayangan Keempat bahkan menyerap satu versi Kael di masa depan. Sekarang, ia... memburu semua jalur waktu yang pernah menyimpang.”

“Termasuk milik Rania?” tanya Reina cepat.

Nazer memandang Rania. “Bukan cuma jalurnya. Tapi juga hatinya.”

---

Malamnya, Rania berdiri di balkon istana, menatap langit Auralis yang mulai berubah warna.

“Langitnya tidak lagi ungu,” gumamnya.

Elvaron muncul di belakangnya, diam-diam. “Itu karena waktu sedang menggeliat. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres… dan ia mencoba memperingatkan kita.”

Rania menatap Elvaron. “Kalau benar ada makhluk seperti itu, Bayangan Keempat, dan jika ia menghapus semua pilihan… artinya semua yang kujalani bisa hilang begitu saja.”

“Tidak,” bisik Elvaron. “Karena jejak pilihanmu… hidup dalam orang-orang yang mencintaimu.”

---

Keesokan harinya, Reina memanggil semua dewan sihir dan ilmuwan waktu. Mereka mulai menyiapkan Perisai Takdir—alat kuno yang hanya bisa diaktifkan oleh Jantung Waktu.

Dan yang paling aneh…

Perisai itu hanya menyala saat Rania menyebut satu nama.

> “Nazer.”

Gema suara itu membuat perisai hidup, membentuk pola yang menyerupai sidik hati.

Rania melangkah mundur.

> “Apakah… dia benar-benar anakku?”

Reina menatapnya dalam-dalam. “Atau bisa jadi, pilihan yang belum kausadari akan kau ambil.”

---

Sementara itu, Arven mengunjungi ruang meditasi kristal sendirian. Di sana, ia memegang benda kecil: potongan gelang waktu milik Rania yang rusak di medan tempur.

Ia menatapnya lama.

> “Jika suatu hari aku harus memilih… aku ingin waktu berhenti bersamamu, bukan berjalan tanpamu.”

---

Di akhir hari, Nazer duduk bersama Rania di perpustakaan sihir.

“Aku tahu kau bingung,” kata Nazer pelan. “Aku pun tidak diberi tahu siapa ayahku oleh sistem waktu masa depan. Tapi aku tahu satu hal... ibuku adalah seseorang yang selalu menolak menjadi sempurna. Tapi tak pernah berhenti memilih kebaikan.”

Rania tersenyum samar.

“Dan sekarang, kau datang untuk membantuku memilih lagi… sebelum waktu memilih kita semua untuk dihapus.”

Nazer mengangguk.

“Karena dalam waktu… hanya satu pilihan yang abadi.”

Rania menoleh. “Apa itu?”

Nazer menjawab pelan:

> “Cinta yang tidak menyerah, bahkan pada kemungkinan paling gelap.”

More Chapters