Cherreads

Chapter 23 - Bab 23: Anak dari Masa Depan

Langit Auralis mendung saat Rania melangkah kembali ke halaman utama istana. Meski kemenangannya atas R1N4 telah mengakhiri kekacauan dalam dimensi akar waktu, perasaan lega itu tidak sepenuhnya menetap.

Waktu… belum benar-benar pulih.

Tanda-tandanya muncul dalam hal-hal kecil: suara jam utama yang berdetak dua kali lebih cepat setiap tengah malam, bayangan orang-orang yang tertinggal sepersekian detik setelah mereka berlalu, dan pantulan wajah yang berbeda di cermin kamar Rania pagi tadi.

Ia mulai menyadari:

> “Aku menang… tapi waktu belum selesai menguji kita.”

---

Arven, Elvaron, dan Reina menyambut Rania di balairung istana. Mereka tidak langsung bicara. Hanya berdiri, memandang sosoknya dengan kelegaan yang tak bisa diucapkan.

Elvaron mendekat pertama. “Kau kembali… tapi auramu berubah.”

Rania tersenyum tipis. “Karena aku akhirnya menerima sisi gelapku. Kini aku tahu… semua luka, semua ketakutan, bukan beban. Mereka adalah bagian dari kekuatan.”

Arven menambahkan, “Tapi ada sesuatu yang berbeda pada waktu. Kami semua merasakannya.”

Rania mengangguk. “Waktu… belum sembuh. Dan mungkin… tak akan pernah kembali persis seperti dulu.”

Tiba-tiba, terdengar lonceng darurat dari menara pengintai.

Para penjaga berlarian ke arah gerbang barat.

Rania langsung sigap. “Apa itu?”

Seorang penjaga datang dengan wajah panik. “Kami menemukan seseorang! Tapi… dia muncul dari lingkaran teleportasi yang tidak dikenali.”

Reina menggertakkan gigi. “Lingkaran waktu liar?”

---

Rania dan yang lainnya segera menuju halaman luar. Di sana, seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun berdiri, mengenakan pakaian aneh — mirip seragam istana, tapi dengan simbol yang belum pernah dibuat.

Ia berdiri bingung, tapi matanya menyapu wajah Rania dengan kekaguman.

Rania menatapnya curiga. “Siapa kau?”

Pemuda itu menunduk.

“Namaku… Nazer. Aku… datang dari 25 tahun ke depan.”

Semua orang terdiam.

Reina melangkah maju. “Waktu… tidak mengizinkan penjelajah dari masa depan tanpa izin.”

Nazer mengangguk cepat. “Aku tidak masuk lewat jalur biasa. Aku menemukan jalur retakan waktu yang belum tertutup setelah pertarunganmu dengan R1N4. Dan aku harus datang…”

Ia menatap Rania. “Karena aku… anak dari salah satu kalian.”

---

Rania terkejut. Elvaron mengerutkan alis. Arven menegang.

“Anak dari siapa?” tanya Elvaron cepat.

Nazer hanya menatap ke arah Rania. “Aku tidak boleh mengatakannya. Jika kukatakan sekarang, akan membahayakan kelangsungan garis waktu yang sehat.”

Reina menghela napas berat. “Jawaban khas dari penjelajah waktu.”

“Tapi kenapa kau datang?” tanya Rania.

Nazer menoleh, tatapannya berubah serius. “Karena meski kau telah menang melawan R1N4, Kael belum berhenti. Ia sedang menyusun kekuatan baru dari dimensi terdalam… di luar waktu. Jika dibiarkan, bukan hanya Auralis… tapi semua garis waktu akan runtuh.”

Semua orang terdiam.

Reina menatap Rania. “Jadi ini belum akhir?”

Rania menggeleng perlahan.

> “Ini… adalah awal babak baru. Di mana kita tak lagi melawan duplikat. Tapi menghadapi hasil dari pilihan-pilihan kita… yang menolak dilupakan.”

---

Malam itu, Nazer diberi kamar khusus di lantai atas istana. Tapi Rania tidak bisa tidur. Ia kembali ke ruang kristal waktu dan membuka catatan perjalanannya.

Di salah satu halaman… ia menemukan sesuatu yang tak ada sebelumnya.

Gambarnya sendiri — bersama dua pria — berdiri di tengah reruntuhan waktu. Dan di belakang mereka, anak laki-laki berambut gelap, bermata tajam.

Rania menatap gambar itu lama.

“Apakah itu Nazer?”

Lalu pikirannya melayang ke pertanyaan yang belum pernah ia berani ajukan:

> “Siapa sebenarnya yang akan mendampingiku di masa depan?”

Arven?

Elvaron?

Atau… seseorang yang belum muncul?

Dan jika benar Nazer adalah anaknya…

Apakah ia akan memiliki cukup waktu untuk menulis takdirnya sendiri—sebelum semuanya ditulis oleh kehancuran?

More Chapters