Bab 38 – Gema Ancaman dan Cahaya Pengetahuan
Meskipun Ruhosi merasakan kedamaian dan keseimbangan baru setelah sesi meditasinya dengan kalung peninggalan Luthien, getaran aneh dari Penala Jiwa dan Lensa Kabutnya di akhir hari itu meninggalkan sedikit rasa gelisah. Garis merah tipis di Lensa Kabutnya, yang menandakan ancaman dari Vorgash, memang masih tampak sangat jauh dan kabur, namun denyutan samar yang ia rasakan seolah menjadi pengingat bahwa dunia di luar Lumina'val tidaklah setenang dan seaman lembah para Elf ini.
Keesokan paginya, saat ia dan Elara sedang membantu Lyris merawat beberapa tanaman obat langka di taman penyembuhan—Ruhosi lebih banyak bertugas mengangkat pot-pot berat atau sekadar mengagumi bunga-bunga yang bisa bergerak sendiri—ia akhirnya menyuarakan kegelisahannya.
"Tante Lyris, Elara," panggil Ruhosi, sambil menggaruk kepalanya. "Kemarin itu… waktu aku lagi enak-enak ngerasain kalungku anget, tiba-tiba alat pengintipku ini," ia menunjuk Lensa Kabut di sakunya, "sama kristal di leherku ini, kayak ngasih tahu ada yang nggak beres di jauh sana. Rasanya… kayak ada yang lagi marah-marah sambil mecahin piring."
Lyris menghentikan pekerjaannya, menatap Ruhosi dengan perhatian. Elara juga mendekat, rasa ingin tahu dan sedikit khawatir terlihat di wajahnya.
"Getaran seperti apa yang kau rasakan, Ruhosi?" tanya Lyris lembut.
Ruhosi mencoba menjelaskan sensasi denyutan dan firasat tidak enak yang ia terima. Lyris mendengarkan dengan saksama.
"Lumina'val dilindungi oleh sihir kuno yang sangat kuat, Ruhosi," jelas Lyris setelah Ruhosi selesai. "Tidak mudah bagi energi kegelapan atau niat jahat untuk menembus atau bahkan terdeteksi dari dalam sini. Namun, kau memiliki kepekaan yang unik melalui artefak-artefakmu itu, dan juga karena Aura Senjamu yang merespons berbagai jenis energi."
Ia berhenti sejenak, menatap ke kejauhan seolah sedang merasakan sesuatu. "Dunia di luar memang sedang bergejolak. 'Dia yang Menginginkan Kehampaan' dan para abdinya terus menyebarkan ketakutan. Mungkin yang kau rasakan adalah gema dari aktivitas mereka, atau peringatan bahwa kau harus terus waspada dan memperkuat dirimu."
Elara menggenggam tangan Ruhosi. "Jangan khawatir, Ruhosi. Di sini kita aman. Dan kita akan belajar bersama untuk menjadi lebih kuat." Cahaya lembut memancar dari telapak tangannya, memberikan rasa nyaman.
Kata-kata Lyris dan dukungan Elara sedikit menenangkan Ruhosi. Ia tahu ia tidak bisa terus-menerus cemas akan ancaman yang masih jauh. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah fokus pada apa yang ada di hadapannya: belajar lebih banyak tentang warisan Luthien dan kekuatannya sendiri.
Sesuai arahan Tetua Elarael, mereka kembali menghabiskan waktu di Perpustakaan Agung. Kali ini, fokus mereka lebih tajam: mencari informasi apapun terkait "Simbol Persatuan Kuno" yang ada di kalung Ruhosi dan bagaimana Luthien mungkin telah menggunakannya.
Dengan bantuan Lyris yang lebih memahami sistem pengarsipan kuno, mereka menemukan beberapa gulungan perkamen yang merujuk pada simbol tersebut, meskipun informasinya seringkali samar dan penuh teka-teki. Simbol itu ternyata jauh lebih tua dari perkiraan mereka, berasal dari era sebelum banyak ras modern Alkein terbentuk, dan sering dikaitkan dengan konsep "Prima Harmonia" atau Keseimbangan Awal.
"Luthien pasti sangat tertarik pada konsep ini," gumam Lyris sambil membaca sebuah teks kuno. "Dia percaya bahwa Alkein sendiri lahir dari interaksi dinamis antara cahaya dan kegelapan, bukan dominasi salah satunya."
Saat mereka sedang berdiskusi, Ruhosi, yang mulai sedikit bosan membaca teks-teks berat, iseng menyentuh simbol di kalungnya sambil mencoba mengingat sensasi "tarian energi" yang ia rasakan kemarin. Tiba-tiba, salah satu tablet batu giok tipis di dekatnya, yang tadinya tampak kosong, mulai memancarkan cahaya redup. Aksara-aksara kuno yang tak terlihat sebelumnya perlahan muncul di permukaannya, berdenyut selaras dengan cahaya dari kalung Ruhosi.
"Eh! Lihat! Batunya nyala!" seru Ruhosi kaget, menunjuk tablet itu.
Lyris dan Elara segera mendekat. Aksara yang muncul berbeda dari tulisan Sylvarian biasa, lebih tua dan lebih rumit. Namun, Elara, dengan kepekaannya terhadap cahaya dan energi kuno (berkat liontin ibunya), bisa merasakan ada semacam "kunci" atau "pola" untuk membacanya.
"Aku… aku seperti bisa merasakan artinya sedikit…" bisik Elara, matanya terpejam, tangannya terulur di atas tablet itu tanpa menyentuhnya. "Ini… ini seperti catatan Luthien yang lebih personal… tentang bagaimana Simbol Persatuan itu bukan hanya untuk keseimbangan internal, tapi juga bisa… 'beresonansi' dengan jejak energi kuno di tempat-tempat tertentu…"
Ia membuka matanya, menatap Ruhosi. "Dia menulis tentang bagaimana simbol itu membantunya 'mendengarkan' lagu bumi dan 'melihat' jalur energi yang tersembunyi. Dia juga menyebutkan tentang… 'Ruang Gema Sylvarian', sebuah tempat suci di jantung Lumina'val yang hanya bisa diakses oleh mereka yang membawa 'darah dan jiwa yang selaras dengan Harmoni Awal'."
Lyris tampak sangat terkejut. "Ruang Gema Sylvarian? Itu adalah tempat yang dianggap legenda bahkan oleh para tetua sekalipun! Konon, di sanalah para pendiri Lumina'val pertama kali bermeditasi dan menyatukan diri dengan energi lembah ini. Tidak ada yang tahu pasti di mana letaknya, atau bagaimana cara membukanya."
Ruhosi menatap kalungnya, lalu ke tablet batu yang masih berpendar. Jadi, kalungnya ini bukan hanya tentang menyeimbangkan Aura Senjanya, tapi juga bisa menjadi kunci untuk hal lain? Untuk menemukan tempat legendaris?
"Apa… apa menurut Tante Lyris, aku bisa ke sana?" tanya Ruhosi, rasa penasaran langsung mengalahkan semua kegelisahan sebelumnya.
Lyris menatap Ruhosi dengan pandangan baru, penuh pertimbangan. "Jika Luthien adalah leluhurmu, dan kalung itu adalah peninggalannya yang merespons tablet ini… mungkin saja, Ruhosi. Mungkin saja kau adalah orang yang ditakdirkan untuk menemukan kembali Ruang Gema itu."
Ia tersenyum. "Sepertinya, pelajaranmu di Lumina'val akan menjadi jauh lebih menarik dari sekadar membaca buku di perpustakaan."
Firasat Ruhosi kembali bergejolak, tapi kali ini bukan karena ancaman, melainkan karena tantangan baru yang membentang di hadapannya. Menemukan Ruang Gema Sylvarian. Petualangan di dalam petualangan! Dan Elara, dengan kemampuannya merasakan dan mungkin menerjemahkan energi kuno, pasti akan menjadi rekan yang tak ternilai dalam pencarian ini.