Cherreads

Alkein - Ruhosi

Reza_Vonvon
70
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 70 chs / week.
--
NOT RATINGS
4.6k
Views
Synopsis
1. Fondasi alam semesta Nama dunia : alkein Struktur dunia : 14 juta benua dan sangat amat beragam ras dan spesies, laut yang teramat luas, dan ada dimensi lain. Sejarah dunia : alam semesta sudah di buat oleh Tuhan yang maha kuasa 2. Ras & spesies Sangat amat banyak ras dan spesies yang beragam Ciri khas budaya : setiap ras mempunyai gaya hidup yang berdeda, serta mempunyai keunikan kekuatan tersendiri dari setiap ras, makanya sangat sedikit kemungkinan untuk saling menjajah karena ada kesetaraan dalam hal keunikan kekuatan itu. 3. Sistem kekuatan Setiap ras mempunyai sumber kekuatan Masing-masing . Tentusaja ada ras yang menggunakan runes, mantra, relik, sumber kekuatan alam, orb, kekuatan roh purba, energi tubuh dsb. Jadi masih ada keterbatasan untuk menguasai setiap kekuatan karna setiap ras punya sumbernya masing-masing. 4. Karakter utama Nama : Ruhosi ( ras campuran) bapanya blasteran ras cahaya dan kegelapan, ibunya blasteran manusia dan ras half elf. Latar belakang : ruhosi di buang dengan alasan yang masih misteri Kekuatan awal masih misteri, ruhosi akan selalu mendapatkan kekuatan baru seiring dengan latihan, pengalaman dari setiap pertarungan dengan berbagai monster dan ras Kepribadian : banyak penasaran, tak kenal lelah dan menyerah, penuh semangat serta konyol, tidak banyak berpikir yang penting menurut nya itu seru
VIEW MORE

Chapter 1 - Alkein - Ruhosi

Bab 1: Anak dari Kegelapan dan Cahaya

Hujan turun deras membasahi hutan luas hitam di ujung barat Benua Altheras. Di balik akar pohon kuno, seekor monster purba bertaring tiga sedang meraung kelaparan. Angin malam mengirim hawa tajam yang menusuk tulang, tapi bocah kecil itu berdiri tegak tanpa rasa gentar.

Dia masih sangat muda—belum genap sembilan tahun. Tubuhnya kurus namun gesit, rambutnya berantakan, dan matanya memancarkan semangat tak terkendali. Dia adalah Ruhosi—anak buangan, tak tahu dari mana asalnya, tak tahu siapa orang tuanya, dan tak tahu kenapa dirinya ada di tengah hutan tempat makhluk-makhluk legenda berkeliaran.

Ruhosi berpegangan pada tombak kayu buatan sendiri. Ujungnya hanya diikat batu runcing, tapi dia tidak peduli. Baginya, itu cukup untuk sarapan hari ini.

> "Hehe, monster jelek… kalau kamu kalah, aku makan kamu. Kalau aku kalah… ya… semoga aku nggak kalah."

Dengan langkah ringan, dia melompat keluar dari semak, mengarah ke tubuh besar makhluk bertanduk dua itu. Pertarungan tidak berlangsung lama. Tombak itu patah. Ruhosi sempat terpental. Tapi, dengan kecerdikannya, dia menggunakan cabang pohon, lumpur, dan sebuah batu hitam bercahaya yang pernah dia temukan di gua, untuk menjebak makhluk itu.

Dan benar saja—monster itu akhirnya tumbang.

Ruhosi duduk di atas tubuhnya yang menguap perlahan, dagingnya mulai mencair sebagai pertanda ia adalah salah satu dari jenis Kuroth, makhluk dari era sebelum dunia terbentuk sempurna.

> "Daging kamu sih bau banget, tapi yang penting perut kenyang!"

Tawa bocah itu menggema, padahal tubuhnya penuh luka dan memar. Ia tidak pernah menangis. Bahkan saat malam datang dan badai menyapu hutan, Ruhosi tidur di balik batu besar sambil memeluk potongan daging monster yang hendak ia panggang besok.

Kilasan Masa Lalu

Beberapa tahun sebelumnya, di malam yang sama gelapnya, seorang wanita setengah elf berlari di tengah badai. Di pelukannya, seorang bayi mungil menangis. Dia mengenakan jubah robek, dan wajahnya penuh air mata.

> "Maafkan Ibu… tapi kalau kamu tetap di sini, mereka akan membunuhmu…"

Di bawah gerbang batu raksasa yang disebut Gerbang Hilang, wanita itu meletakkan bayinya—Ruhosi—di tengah simbol kuno berbentuk lingkaran cahaya dan bayangan.

Kemudian, bayangan-bayangan menyelimuti bayi itu. Kelompok misterius dengan tubuh seperti kabut pekat mendekat. Salah satu di antara mereka, seorang pria tua dengan mata perak, menatap bayi itu dalam-dalam.

> "Anak ini… tak sepenuhnya manusia. Tak sepenuhnya iblis. Tapi… dia memanggil sesuatu dari dalam tanah ini."

Ras Bayangan, makhluk pelindung hutan purba, memutuskan untuk membesarkannya. Mereka tidak memberinya nama. Tapi sejak bisa bicara, bocah itu menyebut dirinya sendiri "Ruhosi"—entah dari mana asalnya nama itu.

Kembali ke Masa Kini

Saat pagi tiba, Ruhosi membakar daging buruannya. Asap tebal menyebar ke udara, dan itu menarik perhatian makhluk lain. Tapi Ruhosi malah bersiul santai.

> "Kalau kalian mau makan juga, antri dong! Aku duluan!"

Hari-harinya selalu seperti itu. Bertarung. Tertawa. Lari. Terluka. Tertawa lagi.

Tapi di balik semua kekonyolan dan keberaniannya, dalam hatinya ada kekosongan.

> "Siapa aku sebenernya?"

Pertanyaan itu selalu hadir setiap malam.

Dan tanpa Ruhosi sadari, dari langit, sebuah retakan tipis cahaya mulai muncul… pertanda awal dari perjalanan panjangnya akan segera dimulai.

Bab 2 — Suara di Balik Kegelapan

Hujan rintik-rintik turun di atas kanopi hutan purba. Akar-akar pepohonan menjulur keluar dari tanah seperti tangan-tangan tua yang menggenggam rahasia dunia. Jauh di dalam rimba, tempat cahaya matahari nyaris tak menembus dedaunan lebat, seorang anak kecil berlari. Napasnya memburu, tubuhnya dipenuhi luka-luka gores, tapi matanya… penuh kehidupan.

Ruhosi, bocah dengan rambut acak-acakan dan mata tajam seperti binatang buas, berlari tanpa arah. Pakaian lusuh menempel di tubuhnya, basah dan berat oleh air hujan. Tapi ia tak peduli. Di belakangnya, raungan menggema—monster purba dengan tubuh seperti batu berlumut, bernama Grarthar mengejarnya.

Ia tersandung akar besar dan jatuh, wajahnya mencium tanah berlumpur. Tapi ia langsung bangkit. "Gue belum mau mati sekarang!" teriaknya dengan logat bocah jalanan yang belum mengenal aturan hidup. Tangan kecilnya meraih sebuah batu tajam, dilemparkannya ke arah monster. Batu itu hanya memantul dari kulit keras Grarthar, tak memberi dampak apapun selain membuat makhluk itu makin marah.

Tiba-tiba, dari balik kegelapan, bayangan menyelimuti Ruhosi. Sebuah suara berat namun tenang berbisik, "Diam." Dalam sekejap, makhluk bayangan muncul—tinggi, kurus, dan bergerak seolah menyatu dengan udara malam. Mereka adalah Ras Bayangan, penghuni tersembunyi dari hutan ini.

Dengan gerakan presisi, sosok itu menebas leher Grarthar dengan senjata tipis bercahaya ungu gelap. Monster itu meronta, meraung, lalu ambruk ke tanah, mati.

Ruhosi terpaku. Bukan karena takut. Tapi karena kagum.

"Kamu baik-baik saja ?" tanya makhluk bayangan itu.

"Ruhosi."

"Kau sendirian?"

"Iya…."

Hening. Bayangan itu menatapnya. Lama. Lalu berkata, "Ayok pulang nak. Kamu harus selalu ingat ini, dunia ini tidak pernah ramah. Kau harus bertahan, atau kau akan dilupakan."

Dan dari sinilah, kisah Ruhosi baru dimulai.