Di dunia pembuangan sampah, tempat para makhluk terkutuk bergelut dengan darah dan kematian, kehidupan tak lebih dari seutas napas terakhir.
Namun justru di tengah kelam itulah, mereka yang melawan takdir terpilih…berdiri tegak untuk bangkit dan menjadi naga yang terbang menembus langit.
...
Pusaran energi spiral berputar di udara, memancarkan cahaya biru keperakan seperti galaksi yang hidup. Di pusatnya, Kalung Matahari Biru melayang anggun, menyerap energi spiritual dari segala arah.
Di bawahnya, empat tubuh remaja terbaring dalam posisi berbeda di atas rerumputan. Wajah mereka diterangi kilau biru dari formasi array, seolah-olah tenggelam dalam tidur abadi.
Draven tidur telentang dengan mulut terbuka, dengkurannya berat dan dalam, sesekali tersendat sebelum bergema kembali.
Fajar berbaring di dekatnya, tangan kanannya hanya beberapa inci dari kalung yang menjadi pusat pusaran energi. Setiap kali dengkuran Draven terdengar, alisnya berkerut, seakan terganggu dalam mimpi yang dalam.
Azelyn memeluk tongkat hitamnya dengan erat, seolah itu adalah satu-satunya pegangan di dunia ini.
Sementara itu, Vaskar tergeletak di dekat pilar formasi, napasnya tersengal, tubuhnya diselimuti aura bergejolak yang semakin menguat.
Namun, jika ada orang buangan yang melihat mereka saat ini, mereka akan menyadari sesuatu yang lebih menakjubkan, energi spiritual yang bergejolak seperti badai mengelilingi keempat remaja itu, menandakan fenomena yang tak biasa.
Udara di sekitar Vaskar menjadi lebih berat. Sum-sum tulangnya mendidih, seolah-olah dipalu oleh kekuatan purba yang tak terlihat.
Cahaya biru merembes dari pori-porinya, menyatu dengan elemen bumi dan logam yang meledak dari tubuhnya.
—KRIIIK!—
Tanah di bawahnya retak, serpihan logam kecil berkilauan di udara sebelum terserap kembali ke dalam tubuhnya.
Saat kesadarannya kembali, dia menatap tangannya yang berkilauan dengan warna perak keemasan. Ekspresi kebingungan itu berubah menjadi syok.
...
"Ini... Fisik spiritual Bumi Logam ku meningkat, bagaimana bisa bakat kultivasiku berkembang saat terjebak di tanah buangan ?" Vaskar tertegun, dia tak percaya apa yang di lihatnya.
Di segudang dunia tanpa batas, syarat untuk memulai kultivasi adalah memiliki Fisik spiritual.
Hanya dengan memiliki tubuh spiritual seseorang dapat menyerap energi roh dari langit dan bumi.
Tentu saja semakin tinggi kemurnian fisik spiritual, semakin harmonis dan tanpa halangan seseorang dapat menyerap energi roh.
Fisik spiritual seseorang biasanya condong pada satu elemen atau atribut, misalnya elemen api, elemen bumi, dan elemen logam.
Ada juga kultivator yang memiliki bakat pada dua elemen berbeda, seperti Vaskar.
Kultivator dengan Fisik spiritual Bumi logam dengan kemurnian 50% dapat di anggap berbakat bahkan di sekte lima elemen tempat dia berasal. Saat ini Tubuh spiritualnya terus meningkat mencapai lebih dari kemurnian 60℅.
Bahkan saat Vaskar dan saudaranya menjadi tuan muda sekte lima elemen, di limpahi dengan sumber daya, segudang teknik, dan mandi obat setiap hari untuk meningkatkan potensinya, itu tidak banyak membantu meningkatkan bakat.
"Aku merasa konstitusi ini meningkat dengan cepat, apakah mungkin mencapai kemurnian 70% ?" Tangan Vaskar mengepal.
Dia merasakan perubahan yang luar biasa, fisiknya jauh lebih kokoh dan stabil. Seolah-olah satu pukulan dari kepalan tangannya sekarang cukup untuk melawan Seniman Bela Diri Alam Tubuh Fondasi.
Di sisi lain, Draven mengerang keras. Cahaya biru dalam nadinya tiba-tiba berubah menjadi bara api yang membakar setiap inci tubuhnya.
-WUUUSH!-
Api merah menyembur dari pori-porinya, mengamuk seperti gunung berapi yang meletus. Suhu di sekitarnya melonjak drastis, rerumputan di sekelilingnya mengering, berubah menjadi abu dalam sekejap.
Pupil Draven bersinar oranye, secerah matahari di langit. Namun, cahaya itu segera memudar saat kesadarannya kembali.
Dia mengucek matanya berulang kali untuk memastikan dirinya tak bermimpi.
Saat Draven menatap Fajar yang masih tertidur, menyadari bahwa sebagian besar cahaya biru dari formasi terserap ke dalam tubuh bocah itu.
Niat membunuh sekilas muncul di matanya.
"Haruskah aku membunuhnya?"
Tapi kemudian, dia menarik napas panjang, mengingat pesan kakaknya. Bagaimana pun, formasi itu sepertinya terhubung ke bocah itu.
"Membunuh semut itu mudah, lebih baik menyalurkan cahaya biru ini ke dantian ku," Dengus Draven.
Senyum kegirangan terukir di wajahnya, menyadari bahwa kekuatannya telah mencapai tingkat yang sama sekali baru.
Di sisi lain, tubuh Azel menggeliat dalam tidurnya. Racun hijau tua yang selama ini mengalir dalam nadinya tiba-tiba bergejolak, berubah menjadi sesuatu yang lebih dahsyat.
Dari pori-porinya, asap berwarna ungu-hitam merembes keluar, membentuk kelopak-kelopak bunga yang berputar di udara.
—ZRAAK!—
Ilusi Bunga berwarna gelap dengan pola emas mekar dari tubuhnya, kelopaknya berkibar perlahan, mengeluarkan aroma yang membuat tanah di sekitarnya layu seketika. Azel menyadari ini adalah Bunga Racun Kegelapan iblis Kuno.
Bertahun-tahun lalu, Ada banyak malam yang dia habiskan dalam kesendiriannya, merasakan sakit seolah di tusuk ribuan jarum saat Racun itu sedikit demi sedikit merebut vitalitasnya.
Wajahnya semakin pucat, tubuhnya semakin kurus dan vitalitasnya melemah. Kutukan akan mengelilinginya kemanapun dia pergi.
Namun jika bukan karena Bunga Racun kegelapan iblis dia tidak akan bertahan hidup di tempat ini.
Mata Azelyn perlahan terbuka pupilnya berkilauan, emosinya campur aduk.
"Kutukan atau berkah, aku tak peduli. Aku akan menaklukkan kekuatan ini… dan menghidupkan kembali Ras Bunga Racun Kuno!"
Kilatan kebencian dan tekad membara muncul dari kedalaman matanya.
Pada saat ini Azelyn telah berdamai dengan kekuatan yang telah menimbulkan rasa sakit ini. Wajah mudanya yang pucat menunjukkan jejak kedewasaan di bandingkan sebelumnya.
Energi racun yang dahsyat terlepas dari tubuhnya menyebar tanpa kendali. Vaskar dan Draven yang sudah terbangun segera mundur beberapa langkah, merasakan aura mematikan dari bunga itu.
Tepat saat energi racun Azel mulai menyebar, tubuh Fajar bergetar hebat.
—DUUM!—
Kilatan biru menyambar udara. Tak bersuara, tapi mengguncang tanah.
Di sekelilingnya, udara bergetar, menciptakan riak halus tak kasat mata.
Cahaya biru berkedip seperti petir, namun tak memancarkan panas, hanya tekanan... tekanan yang tak wajar.
Saat kilatan itu menyentuh reruntuhan batu di dekatnya, suara gemeretak terdengar, lalu retakan !permukaan batu itu pecah seperti dihantam palu raksasa.
Kilatan yang menyelimuti tubuhnya semakin pekat, lalu dalam satu tarikan panjang, terserap masuk ke dalam dirinya.
Di dalam tubuhnya, struktur fisiknya berubah secara fundamental. Daging dan tulangnya diperkuat, seakan menempa ulang dirinya dari awal.
Setiap pori-porinya seperti lubang hitam yang menyerap energi langit dan bumi tanpa henti.
Rasa sejuk menyebar dari kedalaman jiwanya, pikirannya menjadi jernih. Ini bukan hanya peningkatan kekuatan, ini adalah kelahiran kembali.
Enam tahun lalu, tes bakat telah menentukan bahwa dia tidak di takdirkan menempuh jalur keabadian.
Karena Fajar Fana tidak memiliki tubuh spiritual !. Setiap kali Fajar menjalankan kultivasi mentalnya, Qi yang terkumpul sangat tipis hingga dapat di abaikan.
Lingkungan kultivasi dunia pembuangan sampah adalah salah satu penyebabnya, tapi penyebab lainnya murni bakat Fajar yang sampah.
Namun saat ini, energi spiritual yang pekat mengalir seperti banjir ke dalam tubuhnya.
Tubuhnya yang awalnya pendek tampak lebih tegak dan tinggi dari sebelumnya, rambut hitamnya terurai oleh angin, momentum di sekelilingnya meningkat membuatnya tampak luar biasa.
Kalung Matahari Biru bersinar terakhir kali sebelum menghilang, lenyap ke dalam ruang jiwa Fajar.
Fajar membuka matanya dan dunia seperti berhenti berputar. Ada kilatan biru samar di pupilnya sebelum kembali normal.
Wajahnya biasa saja, namun kini sorot matanya lebih tajam, dan alisnya melengkung seperti pedang.
Dia menggeliat, napasnya berat, seakan baru saja mengalami sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi.
Saat matanya bergerak, setiap detail di sekitarnya tampak lebih jelas, dari rerumputan, serangga hingga debu terkecil.
Saat dia melirik Azel, dia merasakan aura gelap dan suram berasal darinya.
"Jadi begini rasanya menjadi jenius, sayang sekali Roh Qi di tempat ini sangat tipis kalau tidak aku dapat menerobos alam tubuh fondasi"
Fajar merasa dirinya tampak harmonis dengan energi spiritual di Alam dan percaya jalur kultivasinya akan jauh lebih mudah. Wajahnya tampak tenang namun pikirannya berkecamuk.
"Namun Fisik spiritual apa yang aku bangkit kan ? Ini… bukan elemen petir,’ pikirnya. ‘Terlalu merusak… terlalu berat… seperti… petir yang di tingkatkan."
"Ini pasti bukan lima elemen atau bahkan cabangnya" Pikir Fajar.
"Atau Mungkin... "
Khayalannya terganggu oleh suara Vaskar yang memecah keheningan.
"Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan?"
Fajar mengerutkan kening. "Aku… tidak tahu."
Draven mendengus. "Jangan bercanda! Kami mengalami perubahan besar, dan itu pasti karena formasi gila itu! Apa hubunganmu dengan kalung itu ?"
Vaskar menatap mata Fajar dengan tenang. "Bahkan di dunia kelas 1, sangat sedikit harta yang dapat meningkatkan potensi tubuh spiritual di atas kemurnian 50℅, dan aku merasa bakatku masih terus meningkat".
Vaskar menyipitkan matanya "Kamu harus tahu konsekuensinya, begitu pemulung lain tahu tentang kalung ini...Itu bencana". Suara Vaskar semakin rendah dan dalam.
Fajar menatap mereka dengan serius. Dia benar-benar tidak tahu banyak tentang Kalung Matahari Biru, tetapi dia paham kalung ini adalah harta berharga.
“Untung saja Kalung Matahari Biru memasuki ruang kesadaranku, jika tidak dia harus membunuh semua saksi mata,” pikir Fajar dalam hati.
Tidak ada tempat yang lebih aman daripada menyembunyikan sesuatu di dalam tubuh!", pikir Fajar.
Tepat saat dia akan menjawab, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan.
Kedatangan Musuh
Dari balik pepohonan, empat pria bertubuh kekar muncul. Masing-masing membawa senjata berat, wajah mereka keras dan penuh luka. Mereka adalah pemulung dewasa, orang-orang buangan yang telah lama bertahan hidup di neraka ini.
Namun yang membuat keempat remaja itu tegang adalah aura yang terkonsentrasi dari keempatnya.
"Alam Tubuh Fondasi!"
Pemimpin mereka, seorang pria tinggi dengan bekas luka melintang di wajahnya, mengamati mereka dengan tatapan tajam.
"Menarik," katanya, suaranya dalam dan berat. "Kami merasakan pusaran Qi dari tempat ini. Dan sekarang, kami menemukan anak-anak kecil yang tidak kabur saat melihat kami... Sungguh tak biasa"
Dia melangkah lebih dekat, dan tatapannya mengunci pada Fajar. "Kau. Apa yang baru saja terjadi di sini ?" Nadanya arogan seolah semua orang berhutang uang padanya.
Fajar tidak menjawab. Dia bisa merasakan aura membunuh pria ini, serta ketiga pria di belakangnya yang tampak siap menyerang kapan saja.
"Bos Hu, Jika kami mengatakan tidak ada harta apapun di tempat ini, apakah kalian akan percaya ?. " Vaskar menjelaskan dengan tenang.
Pria itu menatap mata Vaskar dengan senyum tipis "Yah... Kita akan tahu setelah menggeledah tubuh kalian".
Berbeda dengan nada tenang kakaknya, Draven mengepalkan tinjunya, tubuhnya sudah tegang untuk bertarung. "Kalian pikir bisa datang dan mengambil apa pun yang kalian mau?"
Pria itu menyeringai. "Di tanah buangan, yang kuat memangsa yang lemah. Terlebih lagi, aku ingin tahu bagaimana aura kalian tiba-tiba menjadi begitu kuat."
Pria gemuk disamping tertawa "Bos Hu, bagaimana kalau kita memotong anak-anak ini menjadi daging cincang untuk memberikannya kepada anjing liar".
Pria yang disebut bos Hu menghiraukan anak buahnya, ia menyipitkan mata. "Kalian jelas belum memulai kultivasi, tapi anehnya aku merasakan ancaman dari tubuh kalian, bahkan Gadis racun itu tampaknya semakin berbahaya".
Ketegangan meningkat. Vaskar sudah bersiap saat dia menyalurkan kekuatan fisik elemen logamnya ke telapak tangannya. Tinjunya di penuhi Qi, tampak berat, tajam, dan kuat.
Walaupun kapaknya telah meleleh akibat racun, kemurnian fisik bumi logamnya telah mencapai 70℅, memungkinkan atribut logam dapat di salurkan ke seluruh tubuh. Kini setiap tinjunya mengandung atribut bumi logam yang kental.
Sementara itu Azel mengepalkan tangannya, merasakan kekuatan bunga racun kegelapan meresap ke dalam setiap nadinya.
Fajar, untuk pertama kalinya, merasakan adrenalinnya naik, detak jantungnya berdegup kencang.
Jika itu sebelum potensinya bangkit, dia pasti akan kabur detik pertama dia melihat kelompok perampok dewasa.
Namun sekarang berbeda...
Dia belum memulai jalur kultivasi, namun dia setidaknya mampu menghadapi seniman bela diri alam tubuh fondasi yang lebih lemah.
Dia mengambil langkah maju.
Tubuhnya terasa ringan namun atribut biru mengalir di seluruh penjuru tubuhnya membawa kekuatan penghancur yang hebat.
"Di tempat ini, yang kuat bertahan. Jika harus bertarung, biar kekuatan yang bicara !."
Fajar tahu tidak mungkin menghindari masalah. Dia selalu bertindak low profile, tapi ketika waktunya untuk bertarung, dia akan mengerahkan semua upayanya untuk bertarung. Bunuh jika bisa, kabur bila musuh terlalu kuat.
Dia mengambil langkah maju
"Jika kalian menolak mundur… kekuatan akan menentukan benar dan salah !."
Boss Hu menyipitkan mata. "Hah, apakah kalian bocah ingusan berfikir dapat menghadapi kultivator Alam Tubuh Fondasi ?."
Namun tepat sebelum pertempuran akan meletus. Boss Hu melirik dan bergumam ke arah semak-semak.
"Bajingan kalian sudah mengintip dari tadi, apakah kalian akan terus bersembunyi".
tap... tap... tap... Dari balik semak-semak, reruntuhan, dan pepohonan, puluhan siluet semakin jelas.
Boss Hu tersenyum kecil. “Sepertinya kami bukan satu-satunya yang tertarik pada harta itu.”
Napas Fajar tertahan. Vaskar menggertakkan gigi.
Di hadapan mereka…
Lebih dari dua puluh pemulung Alam Tubuh Fondasi berjalan maju perlahan, dengan niat membunuh.
Pertempuran belum dimulai… tapi neraka sudah datang.
---
Bersambung…
---