Beberapa hari setelah acara selesai, suasana di kampung mulai kembali tenang. Fahrul masih merasakan euforia kecil dalam hatinya. Setiap kali ia bertemu dengan orang yang hadir dalam acara tersebut, mereka selalu menyapanya dengan senyum dan pujian. Tapi jauh di dalam dirinya, Fahrul tahu, ini bukan tentang pujian atau penghargaan yang ia dapatkan. Ini tentang perubahan yang mulai ia rasakan dalam diri sendiri.
Pagi itu, Fahrul duduk di teras rumah, menatap buku catatan yang sudah penuh dengan ide-ide dan catatan selama beberapa minggu terakhir. Meskipun acara telah selesai, ia merasa ada satu hal yang belum tuntas dalam dirinya. Mimpinya.
Beberapa minggu yang lalu, saat ia masih berada di tengah persiapan acara, Fahrul sempat berpikir tentang masa depannya. Ia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, ingin belajar lebih banyak tentang manajemen acara, dan mungkin suatu hari, membuka sebuah usaha sendiri.
Namun, ia sadar bahwa untuk meraih mimpinya, ia harus lebih banyak berusaha. Tidak hanya mengandalkan apa yang ada di sekitarnya, tetapi juga mencari peluang di luar sana. Ia ingin terus berkembang. Ia ingin belajar lebih banyak.
Fahrul memutuskan untuk berbicara pada ibunya.
"Bu, aku kepikiran mau lanjut sekolah ke luar kota. Mungkin kuliah di bidang manajemen atau sesuatu yang berhubungan dengan acara," katanya dengan serius.
Ibunya terdiam sejenak, lalu tersenyum lembut. "Aku bangga sama kamu, Nak. Kalau itu yang kamu mau, pasti ada jalan. Tapi ingat, nggak ada yang mudah. Harus lebih banyak usaha dan kerja keras."
Fahrul mengangguk. "Aku tahu, Bu. Aku siap."
Sejak saat itu, ia mulai mencari informasi tentang universitas dan program studi yang sesuai dengan minatnya. Ia juga mulai meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak tentang manajemen acara secara otodidak. Ia mengikuti berbagai kursus online, membaca buku, dan berbicara dengan orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang tersebut.
Suatu hari, Fahrul bertemu dengan Kak Amel di sebuah kafe. Kak Amel terlihat lebih santai, dengan secangkir kopi di tangannya.
"Rul, gimana kabarnya?" tanya Kak Amel sambil tersenyum.
"Baik, Kak. Aku lagi mikirin masa depan sih. Pengin kuliah dan belajar lebih banyak tentang manajemen acara," jawab Fahrul.
Kak Amel menatapnya dengan serius. "Bagus, Rul. Kamu punya potensi besar. Jangan ragu untuk mengikuti apa yang kamu inginkan. Aku tahu kamu bisa."
Fahrul merasa semakin mantap setelah berbicara dengan Kak Amel. Mimpinya kini semakin jelas. Ia tidak akan berhenti sampai impian itu menjadi kenyataan.
Hari demi hari, Fahrul terus bekerja keras. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang selama ini mendukungnya. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah, tapi ia siap untuk melangkah lebih jauh, mengejar mimpinya, dan membuka lebih banyak kesempatan untuk dirinya dan orang lain.