Layar radar terus bergetar, menunjukkan makhluk raksasa itu makin mendekat. Siluetnya sudah setengah muncul di sonar. Dan yang paling mengganggu—radar militer mereka bisa mendeteksinya. Seolah... makhluk itu mengeluarkan jejak yang sama seperti mesin.
Lerkov menyipitkan mata, wajahnya tegang tapi tetap tenang. "Shin, makhluk hidup gak seharusnya bisa muncul di radar sedetail ini. Kecuali dia punya... komponen logam?"
Shin langsung menjawab, "Atau mungkin... medan energinya terlalu masif. Seolah dia bukan sepenuhnya organik. Ini bukan hewan laut biasa, Admiral."
Lerkov menatap layar. Makhluk itu meliuk naik ke permukaan. Ombak mulai berguncang. Belum sepenuhnya terlihat, tapi auranya sudah cukup membuat semua kru menahan napas.
Lerkov menoleh ke arah Nilan, yang masih berdiri di belakangnya, matanya lekat pada radar, wajahnya pucat. Dia belum pernah melihat sesuatu yang membuat jantungnya sedingin ini.
"Nilan," kata Lerkov serius. "Kau harus pergi. Ini bukan tempat untukmu sekarang."
"T-tapi aku—"
"Salah satu unit Marine!" seru Lerkov. Seorang Marinir segera mendekat dan memberi hormat. "Antar Nilan ke ruang pengamanan bawah kapal. Kunci pintunya. Jangan buka sampai saya sendiri yang izinkan."
Marinir itu mengangguk dan dengan hati-hati menggiring Nilan keluar dari ruang komando, meski gadis itu masih menatap kakaknya dengan khawatir.
Begitu pintu tertutup, Lerkov kembali ke layar.
"Status kapal?" tanyanya cepat.
Shin langsung melaporkan, "Kapal utama siap tembak. Torpedo bawah laut dipersenjatai. Kapal lainnya merespon: Sovrevmenny dan Chapayev dalam formasi bertahan. Kuznetsov sudah menyiapkan helikopter pengintai. Udaloy standby untuk dukungan misil jarak jauh."
Tiba-tiba, layar sonar berubah. Abyssal Serpent muncul ke permukaan, menyembul dari laut dengan suara menggelegar. Sisiknya hitam pekat, mulutnya menganga lebar, menampakkan taring-taring runcing dan matanya yang menyala seperti bara neraka. Ukurannya... bahkan lebih besar dari Isakov.
"Target visual... dikonfirmasi!" teriak operator.
Lerkov tidak membuang waktu. "SEMUA KAPAL, IZINKAN TEMBAK. KOORDINAT 82-TENGGARA. FOKUS API!"
BOOM!
BRRRRRRTTT!!
Torpedo dilepaskan. Artileri utama menyalak dari kapal Isakov dan Sovrevmenny. Chapayev ikut menembakkan peluru kendali presisi. Langit Svora yang tadinya tenang langsung dipenuhi ledakan dan cahaya merah-oranye.
Namun Abyssal Serpent bergerak lincah untuk ukurannya. Dengan liukan yang mustahil bagi makhluk sebesar itu, ia menghindari sebagian besar torpedo—dan menghantam ombak balik ke arah armada.
Gelombang raksasa tercipta.
Chapayev terguncang keras. Udaloy hampir miring. Helikopter dari Kuznetsov terpaksa mundur.
"Makhluk itu cerdas..." gumam Shin. "Dia tahu bagaimana kita menyerang. Ini bukan insting biasa."
Lerkov mengetuk meja taktis. "Beri saya koneksi langsung ke semua kapal!"
Operator mengatur frekuensi. Lerkov menarik napas, lalu berbicara dengan suara keras dan jernih.
"Ini Lerkov. Fokus tembakan pada titik pergerakan leher makhluk itu. Jangan buang waktu menembak badannya. Kirimkan tembakan penekanan dari dua arah—jebak dia di tengah. Kita buat dia tidak bisa menyelam lagi."
"Salinan Diterima!" suara-suara dari kapal lain membalas.
Pertarungan pertama di Svora pun benar-benar dimulai. Dentuman, suara mesin, dan auman makhluk dari dunia lain bersatu membentuk simfoni perang yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Di bawah kapal, Nilan mendekap lututnya. Suara ledakan menggema dari dinding baja. Tapi di balik ketakutannya, ia menggenggam liontin kecil pemberian orang tuanya. "Kak Her... hati-hati..."