Seminggu kemudian di perusahaan Avalon Entertainment.
Setelah Kiana dan yang lainnya di berikan libur seminggu akhirnya liburan mereka berakhir.
Setelah beristirahat dengan baik di rumah dan mengurus hal lainnya, mereka pergi ke perusahaan tapi hari ini mereka tidak melanjutkan syuting melainkan mereka berkumpul di ruangan hiburan khusus karyawan.
Sebenarnya ruangan ini untuk para bangboo tapi mereka menolaknya.
(Flash back)
"Nha, nah-eun, nhu-nah!"(Bangboo harus hitam!)
Ucap Bangboo yang tidak ingin di kenal.
"Nha,nah-eun, un,nha?"(Apakah gaji kita akan di potong?)
Ucap Bangboo pemalu.
"Unh, eun-nha,nha,un"(tidak perlu, rumahku lebih cantik dari rumah anjing ini.)
"Hah?, apa maksudmu!?. Kau bilang hasil dekorasi kretifitas ku kau bilang mirip rumah anjing!"
AI-chan yang menanyakan pendapat kepada para Bangboo kewalahan dan pada akhirnya para bangboo menolaknya.
Kembali ke masa sekarang.
Semua orang sudah berkumpul di ruangan,
Ada Kiana yang duduk berdempetan dengan Mei, dan Bronya yang di kiri dan kanannya ada kembar Seele.
Himeko yang tidak di ketahui kapan dia mengambil minumannya, Theresa meminum jus pare kesukaannya, fu Hua yang duduk linglung, dan Wendy aktris yang ikut dengan Bronya.
Sedangkan cocolia dan beberapa orang tidak hadir karena alasan pekerjaan.
Selama di sela-sela waktu syuting drama, Caelus juga mencari aktris untuk peran di dramanya dan berhasil mengontrak cukup banyak.
Tapi sayang mereka tidak bisa hadir hari ini, dan sebentar sore Caelus akan bertemu Otto.
Di Ruangan hiburan ada layar lebar di dinding, di layar Trailer Honkai Impact 3 di putar setelah seluruh trailer di tayangkan, akhirnya drama di mulai.
+++++++++++++++++++
Berbeda dari kebanyakan drama lainnya, Honkai Impact 3 tidak menggunakan lagu tema pembuka, melainkan langsung memperlihatkan alur cerita utama.
"Laporkan ke Kolonel!"
"Sebuah objek tak dikenal terbang di atas Kota Canghai!"
"Tidak terdeteksi secara optik."
"Tak ada respons energi biologis."
"Situasi internal belum diketahui."
"Rencana tempur telah disiapkan."
"Pasukan drone telah dikerahkan untuk mendukung para Valkyrie!"
"Bersiap! Cepat!"
Suara-suara tegang terdengar silih berganti. Dalam tayangan itu, Honkai Beast yang tak terhitung jumlahnya menutupi langit dan daratan kota.
Kehancuran menyebar.
Kengerian akan bencana besar pun terasa semakin nyata.
Namun tepat saat itu, musik latar berubah secara tiba-tiba. Dan saat seorang gadis melangkah keluar ke medan pertempuran, suasana mencekam itu perlahan sirna.
Itu—Kiana.
Ia mengenakan armor putih, berdiri gagah di tengah krisis yang mengancam seluruh kota.
Tak ada rasa takut, tak ada kepanikan. Justru yang tampak hanyalah ekspresi malas dan sedikit kesal di wajahnya.
"Iya, iya, iya... selalu saja seperti ini," gumamnya dengan nada sarkastik namun percaya diri.
Dua drone tempur melesat melewatinya dan langsung menabrak Honkai Beast yang sedang terbang di depannya.
Pertempuran pun dimulai!
Sebagai seorang Valkyrie, Kiana bertarung dengan gaya bebas—bergerak dari satu drone ke drone lain, tanpa rasa ragu sedikit pun.
Setiap makhluk Honkai yang mencoba mendekat berhasil dia kalahkan dengan mudah.
Untuk pertama kalinya, kekuatan seorang Valkyrie diperlihatkan kepada dunia.
Bahkan Kiana yang sedang menonton tayangan itu pun tak kuasa menahan diri dan berkata, "Jadi... Aku sekuat itu?"
Bronya menjawab datar, "Efek spesial. Semua itu cuma efek spesial."
"Hmph! Aku tahu." Kiana menggerutu dan kembali fokus menonton.
Gaya bertarung Kiana di layar terlihat liar dan tak terikat aturan.
Aksi melompat dari satu drone ke drone lainnya, bahkan sampai menyebabkan drone kehilangan kendali dan menabrak gedung, seolah bukan hal yang aneh baginya.
Tepat sebelum tabrakan, ia mendarat dengan sempurna.
"Buka saluran komunikasi. Himeko… Drone-nya rusak..."
Dari sisi komunikasi, Himeko—komandan operasi—menanggapi dengan nada sedikit pasrah namun tetap tegas,
"Nanti akan aku jelaskan. Aku kirimkan drone baru sekarang."
"Kota Canghai dalam bahaya. Ada 30 juta warga di dalamnya—"
"Nasib kita semua bergantung pada keberhasilan menghentikan kapal perang tak terkendali itu!"
Himeko segera memandu pergerakan drone pendukung untuk membantu Kiana: "Pesawat baru mendarat tak jauh dari lokasimu. Segera bergerak maju!"
"Dimengerti!"
Kiana langsung melompat ke atas drone yang datang.
Namun, beberapa Honkai Beast juga mengikuti dan hinggap di sekelilingnya, mengepung dari segala arah.
"Kiana…"
"Himeko, tenang saja! Biarkan aku mengalahkan monster besar ini dulu, baru kuberitahu!"
"Tidak! Kapal perang sudah dalam jangkauan. Tak perlu bertarung lagi sekarang. Begitu drone cukup dekat, kamu harus segera lompat ke kapal perang dan mengendalikannya!"
"Lihat saja aksiku!"
Dengan cepat, Kiana melepaskan kekuatan armor-nya, melemparkan gelombang energi untuk menyingkirkan semua Honkai Beast yang mengepungnya.
Aksi-aksinya tampak begitu lancar dan sinematik. Bahkan dengan efek visual yang mencolok, sulit dipercaya bahwa ini hanyalah tayangan buatan—terlihat nyata, seolah benar-benar terjadi di suatu dunia lain.
"Himeko, semua musuh telah disingkirkan. Aku bisa melihat kapal perang Moonlight throne!"
"Diterima. Kiana, bersiaplah mendarat."
"Siap!"
Begitu drone berada tepat di atas kapal, Kiana segera melompat turun.
Beberapa detik kemudian, suara Himeko terdengar lagi melalui komunikasi: "Kiana, laporkan kondisi."
"Sudah mendarat. Semuanya berjalan lancar, Himeko!"
"Sudah kubilang berkali-kali... Itu bukan 'Himeko', tapi 'Mayor Himeko'…" gumamnya kesal.
Ia lalu batuk dua kali, mencoba menjaga wibawanya di tengah situasi genting.
"Sekitar tiga puluh menit lagi sebelum kapal ini hancur dengan sendirinya. Kita harus merebut kendali kapal perang ini secepatnya—jangan sampai Kota Canghai hancur!"
"Rekan satu tim-mu juga sudah berada di titik pertemuan. Mereka akan segera menghubungimu."
Seperti yang sudah diduga, karakter yang diperankan oleh Mei akhirnya muncul.
Benar saja.
Di layar, Kiana bertanya pada Himeko, "Mei! Maksudmu Mei, kan? Aku akan segera bertemu Mei, kan?"
Himeko menjawab, "Tenanglah, jangan terlalu memikirkan Mei. Honkai Beast Emperor class yang baru saja kamu lawan memang telah menghilang, tapi tetaplah waspada."
Kiana berkata dengan santai, "Hehe, kalau si bodoh itu sudah pulih, aku akan mengendarai kapal perang ini untuk pulang!"
Setelah itu, ia terus maju menerobos kapal perang.
Pertarungan melawan monster Honkai sepanjang perjalanan membuat semua penonton bersorak kagum.
Saat pengambilan gambar, semua adegannya dilakukan sesuai arahan dari Caelus dan Fu Hua yang ternyata master beladiri. Tak kusangka, hasilnya di TV begitu tampan dan rapi, hingga terasa seperti kejadian nyata.
Tak lama kemudian...
Sudut pandang beralih ke Mei.
Ia baru saja mengalahkan seekor Honkai Beast. "Kiana, ini Mei. Aku telah tiba di area target dengan selamat."
Mendengar suara itu, Kiana berseru kegirangan, "Mei! Bagus! Aku akan segera ke sana!"
Namun Mei buru-buru menimpali, "Tunggu dulu, kita harus tetap mengikuti rencana pertempuran—"
Sayangnya...
Kiana bukanlah tipe orang yang mengikuti rencana dengan baik.
Ia bergumam bahwa sudah lama tak bertemu Mei, lalu mempercepat langkah menuju tempat keberadaan Mei.
Hanya dalam dua menit...
Ia tiba di geladak sisi kapal perang, dan di sanalah ia melihat orang yang sering muncul dalam mimpinya.
Kiana berlari cepat, menendang monster yang menyerang Mei, lalu memeluk Mei erat-erat. "Mei! Saat kamu ada di sini, rasanya aku punya kekuatan seratus orang!"
Mei menjawab lembut, "Kekuatan seratus orang... Aku bukan manusia super..."
Kiana bersandar padanya dan berkata, "Tidak. Selama kamu di sisiku, aku merasa seratus kali lebih kuat."
Mei tersenyum penuh kasih, "Itu memang ucapan khasmu, Kiana."
Melihat pemandangan itu...
Semua orang tertawa bahwa ini memang kombinasi Kiana dan Mei.
Tidak ada hari di mana Kiana tidak menempel ke Mei.
Bahkan Himeko tersenyum menggoda, mendorong Kiana dan Mei dengan lembut, "Bagaimana kalau kalian lebih dekat lagi?"
Kiana menjawab malu-malu, "Tidak! Ini dunia nyata, bukan syuting. Memalukan sekali."
Terlebih lagi tempat ini banyak orang yang menonton bahkan Kiana yang bermuka tebal tidak bisa melakukan itu di sini.
Mei juga menghindari
"Yuk kita tonton TV-nya dulu~"
Semua orang tertawa dan kembali fokus ke Dalam alur cerita.
Setelah Kiana dan Mei bersatu kembali, mereka terus melaju dengan bekerja sama.
Tak lama, mereka tiba di buritan kapal perang.
"Jadi... Himeko bilang kita harus berkumpul di buritan kapal, lalu fokus menerobos, kan?" tanya Kiana.
Mei mengangguk pelan, lalu melihat sekeliling dengan hati-hati. "Tapi... entah kenapa aku merasa tidak nyaman."
Kiana mengangkat tangan dan menggeleng, "Aduh~ Mei, kamu memang suka khawatir. Selama aku bertarung, tidak ada musuh yang tidak bisa dikalahkan, kan?"
Namun baru saja kalimat itu selesai...
Seekor Honkai Beast besar, bersama antek-anteknya yang tak terhitung jumlahnya, muncul mengepung seluruh area.
Baik di langit maupun di atas kapal, tak ada tempat untuk mundur.
Tanpa banyak bicara, Kiana langsung menyerbu ke arah monster terdepan.
Pertarungan tombak, kekuatan baju zirah...
Semua kekuatan yang bisa digunakan sudah dikerahkan, tapi pada akhirnya ia terpental kembali oleh serangan Honkai Beast.
"Sial... Kenapa bisa sekuat ini?!"
Saat monster itu menyerang lagi...
Mei berdiri di depan Kiana, menghalangi serangan. Kekuatan dahsyat itu membuat lututnya gemetar, nyaris tak bisa menahan diri.
"Aku tidak bisa... jatuh di sini!"
"Setidaknya... biarkan Kiana..."
Lalu terdengar suara siaran:
"Reaksi Herrscher ketiga terdeteksi. Program pembatasan diaktifkan."
Pada saat bersamaan, ekspresi wajah Mei berubah drastis—dingin, dengan tatapan penuh niat membunuh.
"Pergilah ke neraka. Hancurlah!"
Pedang panjang di tangannya terayun, langsung menyingkirkan Honkai Beast , dan semua monster kecil di sekitarnya pun musnah.
Hmm?
Kiana yang memperhatikan alur cerita menjadi bingung.
Tiba-tiba kiana mendapatkan ide aneh di benaknya.
Bagaimana rasanya di perlakukan dengan kasar oleh Mei?
Kiana merasa ngeri dengan ide anehnya dan jauh di lubuk hatinya merasakan getaran.
Kiana menggelengkan kepalanya membuang ide tersebut tapi dia tidak tahu bahwa dirinya membangkitkan fetish M.