Lucen
Aku berdiri di antara sisa-sisa kehancuran dan kebisingan malam yang mulai tenang.
Udara masih mengandung sisa sihir dan di depan mataku, hanya bayang-bayang yang semakin menjauh.
Dia... dibawa pergi.
Aku mengepalkan tangan. Rantai sihir mengikat ku masih menyala samar, seperti mengolok-olokku. Aku bisa merasakan panasnya. Memar dan sakit dari pertarungan dengan Sylas. Tapi itu bukan yang paling menyakitkan.
Yang menyakitkan adalah tatapan Rae terakhir sebelum ia dibawa paksa. Ia tidak menangis. Tidak memohon. Tapi aku melihatnya... matanya—penuh luka yang dalam, seperti ia mengkhianati dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkanku.
"Damn it," gumamku.
Ezric berlari mendekat, wajahnya merah, napasnya pendek. "Dia… mereka bawa dia pergi begitu saja. Kau baik-baik saja?"
Aku tak menjawab.
Bukan karena aku tidak mau.
Tapi karena aku tahu... aku tidak baik-baik saja.