Cherreads

Chapter 18 - Still In The First Round — Part 4

Di Situasi yang sangat menegangkan Lazer Mengarahkan Ujung Bilah Pedangnya Ke Arah Lint Velvarius. 

Lazer Berkata, "Apakah Kau Menyerah"

Lint Panik, Ia Tidak Tahu Apa Yang Harus ia lakukan, Namun Satu Hal Yang Ingin Dia Katakan Adalah, "A-aku, Tidak… akan menyerah."

Lint telah Mengatakannya, namun Ia Sebenarnya Sudah Tidak Memiliki Cara Lagi Untuk Menang.

Lazer Segera Kembali, Kembali Ke Luar Penghalang Multidimensi Yang Mencakup Transfinite Labyrinth Tersebut, karena Lazer dapat ke dalam Penghalang itu, hanya untuk sementara, jadi dia sekarang ada di luar Kembali.

Lint Segera memanfaatkan hal itu, Ia Segera menciptakan enam sayap perak dan sebuah lingkaran cahaya. Ia Tampak Seperti Malaikat saat itu. Dan setelahnya Lint Segera menghilangkan penghalang itu.

Dalam Keadaan Ia Yang Memiliki Enam Sayap Dan Lingkaran Cahaya Ini, Lint Dapat Menggunakan Kekuatan penuhnya, karena Ia sudah menyerupai Malaikat, dan The Will Miliknya Memang Identik dengan kekuatan Malaikat. Lint keluar dari Penghalang dan terbang menatap kebawah, tempat Lazer berdiri.

Di Bawah Lazer Menatap Ke Atas tempat Lint Berada, Lazer Mengingat kembali apa yang Ia Lakukan di Sub-dimensi untuk mengambil senjata. 

Saat Itu Lazer Berada Di Dimensi Yang Benar-benar tidak bisa dimengerti, Ada Tanaman merambat namun tanaman itu tidak hijau, melainkan Hitam pekat, Ia Merasakan Rasa dingin yang membuatnya Menggigil kedinginan. Langit Berwarna Hitam Pekat dengan garis-garis yang sepertinya menuliskan sebuah simbol.

Saat Itu Lazer Ragu Apakah Dia Harus Memanjat Atau tidak, karena Senjata yang Ia Siapkan ada di Sub-dimensi paling atas. Dalam Keraguannya Ia Tetap Memanjat, karena Lesheria sudah menunggunya. 

Jadi Lazer memanjat, entah berapa lama. Sesekali tanaman merambat itu akan berbelok ke arah baru, dan Lazer akan mengikutinya. Arah baru itu bukan kiri, kanan, depan, belakang, atau bahkan vinn atau vout. Itu adalah dimensi baru, masing-masing berbeda dari yang sebelumnya. Lazer tidak tahu bagaimana Dia bisa tahu persisnya, tetapi Dia bisa. Untuk satu hal, saat itu langit berubah dari Hitam pekat bersimbol, menjadi Hitam Bergaris bergelombang, dan akhirnya menjadi hitam pekat total. Untuk yang lain, semakin sulit untuk melihat apa pun kecuali tubuh Lazer sendiri, dan tubuh dia semuanya bergaris-garis dan bercak. Tetapi Ia terus memanjat, terus meraih ketidakpastian dan membiarkan sulur atau daun berikutnya menampar telapak tangannya dengan keras.

Lazer Tetap Memanjat, sampai suatu ketika Ia sampai Ke Puncaknya, Namun Segera setelah Ia Mencapai Puncak, Tiba-tiba Saja Puncak Itu Menjadi Awal Kembali, Ia Memang Sudah Mencapai Puncak Satu Detik Yang Lalu, Namun Ternyata Itu masih sebuah awal, di bawahnya Ia Menyadari bahwa dirinya tidak pernah kembali ke awal, namun tempat yang Ia Kira sebagai Puncak Dari Tanaman Merambat Ini hanyalah ilusi, jadi puncak yang dikira sebagai puncak adalah ilusi, Ia Menyadari bahwa Ia Masih Berada Di Awal Dari Garis Akhir. Lalu Lazer yang Kebingungan Pun Mulai Memanjat Lagi Dan Lagi. Hingga tenaganya sudah terkuras Habis.

Saat Lazer bekerja keras, pikirannya menjadi kosong, hampa total. Ia hanyalah sepasang kaki dan tangan yang bergerak, gerakan yang semakin tidak berarti dalam keluasan Tuhan. 

Lazer Dengan Lemah Berkata, "Aku tidak lagi memiliki ekspektasi tentang apa yang Aku lakukan ini."

Dan setelahnya tanaman merambat itu terus menuntunku, membawaku naik melalui serangkaian dimensi yang lebih tinggi yang tampaknya tak berujung, tikungan yang berliku-liku semakin mendekat. Pada suatu titik, waktu itu sendiri menjadi dimensi lain yang telah kulewati. Dan skala juga. Apakah aku menyusut? Apakah tanaman merambat itu tumbuh secepat aku memanjat? Apakah aku masih memanjat? Bukannya aku menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada diriku sendiri. Tanpa benar-benar bermaksud demikian, aku telah sepenuhnya mengikuti saran Ketua. Aku telah memanjat melampaui kata-kata dan melampaui pikiran, Namun Aku Sudah Tidak Kuat Untuk Memanjat Lagi, Tapi Bagaimana dengan Lesheria, Dia Sudah Mengulur waktu untukku, bagaimana mungkin aku bisa menyerah hanya karena ini. Dimensi ini mungkin tidak memiliki Ujung tapi aku akan berusaha. 

Saat Ia sedang Berusaha Ia Mendengar Suara Menggema di Sub-dimensi Itu, Suaranya Menggema dalam Kesunyian yang dalam. "...Anda sepertinya memiliki hati yang kuat ya…"

Lazer Segera berhenti Memanjat dan saat itu Ia Melihat sebuah tempat yang bisa Ia Gunakan Untuk Duduk, Jadi Ia ke sana dan duduk disana, dengan rasa sedikit gemetar Ia Berkata, "Siapakah Engkau…"

Suara Itu Mulai Kembali Berkata, "Aku Dinamai Jehovah oleh manusia."

Lazer Tercengang, "a-apa, apa Maksudmu kau itu Tuhan…"

Suara yang mengaku sebagai Jehovah Mulai Menunjukkan dirinya, Ia Tidak Memiliki Tubuh Tapi Sebuah Cahaya Emas Yang Berkilau terang dan Agung Dalam Kesunyian Sub-dimensi Ini.

Jehovah Mulai Menjawab Pertanyaan Lazer, "Tidak-tidak-tidak, Aku Bukanlah Tuhan, Aku Hanyalah salah satu dari tujuh belas Absolute Being, namun kami bukanlah Tuhan, dan soal Suaraku ini, aku mengalirkan pikiranku kepada Kesunyian, jadi suaraku dapat didengar oleh Manusia."

Lazer Sedikit Terkejut, namun Ia dengan Ragu Berkata, "Kalau begitu, apa yang engkau inginkan dariku."

Jehovah hanya Terkekeh dan dengan lembut Berkata, "kekekeke, aku hanya ingin menemuimu, karena Engkau mirip sekali dengan dia… memiliki hati yang kuat, dan berjuang menahan rasa sakit dan mental yang hancur, demi memenangkan pertarungan dan untuk menghargai temanmu."

Lazer Memiringkan kepalanya dan berkata, "siapa yang anda maksud dengan 'Dia'..."

Jehovah Menjawabnya Dengan Lembut, "Hmm, Dia yang aku maksud adalah Siddhartha Gautama, Kamu Pasti Kenal Dia kan, ya dia terkenal di kalangan manusia sih."

Lazer Tercengang dengan pernyataan Jehovah, "a-apa, Bukankah itu Sang Buddha"

Jehovah Menjawabnya Dengan Lembut, "Ya…"

Lazer Mengangguk Sedikit, lalu Ia Menatap Tanaman Merambat Itu Lagi, "Jadi Seperti Itu Ya, Baiklah ini sudah waktunya, Kalau Begitu, Hmm…"

Jehovah Berkata, "Engkau Adalah Manusia Yang Aku Sukai, Jadi Panggil Lah aku Jehovah Saja…"

Lazer Mengangguk pelan, Lalu Ia berkata, "Kalau Begitu Sampai Jumpa Jehovah, Aku Akan Melanjutkan Tugasku."

Jehovah Menjawabnya, "ohh iya, kau sedang memanjat tanaman ini ya, kalau begitu biarkan aku membantumu."

Lazer Sedikit Bingung, "Ehh, apa yang ingin engkau lakukan, Whaaa."

Tiba-tiba saja Lazer Terbang Dengan Kecepatan Yang melewati Awal Dan akhir, dan Ia sampai Di Puncak Sejati dari Sub-dimensi itu…

Di sana Ia Melihat Tiga Pedang Yang Di Letakkan Di Sana, Lalu Ia Mengambilnya, "Baiklah ini dia…"

Tiga Pedang Itu Sebenarnya Sudah Di Siapkan, namun Kenapa Bisa Pedang Itu Ada di tempat itu, Ya Jawabannya Simpel Itu Karena Sub-dimensi Yang Di Gunakan Lazer untuk Menyimpannya adalah Sub-dimensi yang terus-menerus berubah-ubah dan Meluas Hingga Tak Terhingga, Jadi Sangat Sulit Untuk Menemukan satu atau Dua bahkan Tiga Barang Di Tempat Yang Sama, Karena Barang itu Sudah Ada Di Tempat Lain, Karena Sub-dimensi itu Berubah-ubah. 

Lalu Lazer Menatap Jehovah Kembali, Ia Melambaikan tangannya dan berkata dengan gembira, "Terimakasih Jehovah…"

Jehovah hanya berkata, "Hmm, Sama-sama..." Katanya, Namun Ia Kembali Berkata Dengan Pelan, Sehingga Tidak Di Dengar Oleh Lazer, "Fiuhh, Sepertinya Aku Sudah Menemukan 'Ia Yang Dipilih Oleh Cahaya' Kedua, Hmm, sepertinya yang pertama sudah ditemukan oleh dia yah…"

—-

Kembali Ke Pertarungan Di Sana Kedua Petarung Saling Menatap, dan Saat Itu Lint Mulai Melancarkan Serangannya, Ia Segera Menerjang Lazer dan Menebasnya.

Tapi Tebasannya Di Tangkis Oleh Pedang Lazer. Ya saat Itu Lint Menciptakan Pedang Dari The Will Miliknya. 

Lazer Dengan senyum Membara Berkata, "Sepertinya The Will of Anthem Milikmu Sangat Kuat Sekali Ya, Hehh Tapi Aku Tidak Akan Kalah."

Lint juga tersenyum walau masih tertekan, "hahahaha, aku juga. Aku juga tidak akan kalah…"

Mereka Berdua Saling Berteriak, "Hyahhhhh"

Suara Tebasan Pedang Yang Saling Berbenturan Terdengar Dimana-mana, Namun saat itu Suara itu Berhenti, Kedua Petarung Lazer dan Lint, Masih belum ada yang tumbang, namun keduanya memiliki luka di seluruh tubuhnya. 

Lazer Segera Kembali Menyerang, Namun Serangan itu Mulai Di Tangis Kembali Oleh Lint, Tebasan Mereka sama-sama Membelah dimensi hampa.

Announcer Mulai Berkata: <<"Ohhh, Penonton, Ini Akan Menjadi Legenda Turnamen, dimana Pertarungan Ini tidak lagi menggunakan The Will, namun mereka beradu Pedang…"

Semua Penonton Bersorak Gembira, Suara Mereka menggelegar di seluruh stadium. 

Tapi saat itu, saat Lint Ada di Udara Dan Terbang, Ia Sudah Tidak Kuat Dan Pingsan, Ia jatuh Ke Lantai Dari Dimensi Hampa Itu, Dan di Saat-saat Terakhirnya yang dikatakan Lint hanya, "Luci, tolong berikan aku k-kekuatan…"

Dan Setelah mengatakan itu, dia pun kini Pingsan Sepenuhnya. 

Wasit Mengecek Keadaannya, dan berkata, "Lint Velvarius, Tidak Dapat Lagi Melanjutkan Pertarungannya, Dengan Ini, Lazer Vartonos Memenangkan Pertarungannya."

Sorakan Para Penonton Terdengar dimana-mana, "Ohhh." Mereka Semua, Para Penonton, Menunjukkan Kepuasannya Dalam Pertarungan kali Ini.

Dan Dari Sorakan Itulah, Pertarungan Ini Pun Berakhir disini…

—-

— To be continued

More Chapters