Cherreads

Chapter 224 - Beristirahat Sejenak Dengan Bualan Buatan

Perlahan malampun akhirnya tiba.

Sinar rembulan menampakkan dirinya menyinari dunia dari kegelapan. Ditemani dengan ribuan bintang diangkasa menambah kesan keindahan dilangit malam.

Didalam hutan terlarang yang gelap nan sunyi itu.

Terlihat Storm, Asgart, Shlypy, Emily, Carol, Wildses, Lars, dan Eltypo berjalan menelusuri gelapnya hutan.

Hanya bermodalkan cahaya rembulan yang menembus hutan yang rindang itu.

Sebagai pemimpin Storm meminta mereka semua berhenti, mungkin perjalanan mereka harus dihentikan hingga pagi tiba.

"Sepertinya kita perlu beristirahat sejenak?"

Storm membagi beberapa tugas kepada mereka semua dengan adil.

"Kalian berdua Argart dan Eltypo cari kayu bakar disekitaran sini!"

"Baik saya mengerti tuan!"

Argart dengan ramah mengangguk mengerti tentang tugasnya itu.

"Ya, baiklah!"

Dengan terpaksa Eltypo menerima tugasnya yang cukup melelahkan menurutnya.

"Kalian berdua carilah carilah makan makanan disekitar hutan ini...

"Setidaknya kalian semua bisa mengisi perut yang lapar!"

"Siap tuan!"

Wildses dan Lars segera mengangguk cepat lalu mulai menjalankan tugasnya.

"Kalian bertiga siapkan tempat duduk kalian disini...

"Aku akan pergi sebentar mencari batu kecil menghidupkan api unggun!"

Setelah berkata itu Storm segera berjalan menjauh dari sini mencari bebatuan kecil.

"Kami mengerti kak!"

Ketiganya menjawab dengan serempak.

Shlypy, Emily, dan Carol menyiapkan tempat duduk mereka, sebagai tempat beristirahat sejenak hingga pagi tiba.

Tak lama berselang, datang Argart bersama Eltypo membawa banyak kayu bakar berupa ranting ranting kering.

Lalu muncul Wildses bersama Lara dari kegelapan membawa beberapa buah segar dan ikan hasil tangkapan mereka.

"Dimana bajingan itu?"

Tanya Eltypo menatap sekitaran mencari cari keberadaan dari tuan Rem.

"Jaga ucapanmu itu kepada kak Rem!"

Shylpy langsung bangkit dari tempat duduknya dan menunjuk wajah Eltypo yang berbicara tak sopan pada tuan Rem.

Mereka yang ada disana hanya menyaksikan perdebatan itu, mereka sadar jika membela salah satu dari mereka berdua hanya akan memperkeruh keadaan.

Tak berselang lama, Storm muncul sambil membawa beberapa batu kecil digenggaman tangannya.

"Kau mencariku sialan? Jangan mimpi aku akan mati semudah itu?"...

Storm berjalan menjauh dari Eltypo, lalu dia menyalakan api dari dua batu kecil yang ditubrukkan keduanya.

"Whussssh!

Udara dingin malam menjadi hangat setelah api unggun menyala.

Tampak kelompok itu duduk dengan wajah berbeda beda dari bekas kayu tua sebagai tempat duduk mereka.

Terutama Eltypo, dia sejak tadi ingin sekali menghajar tuan Rem. Namun dia mengurungkan niatnya sebab percuma saja.

Menantangnya hanya akan menyerahkan nyawanya saja.

"Maaf kalau lancang kak Rem...

"Darimana kamu berasal dan mengapa bisa tiba didekat desa kami?"

Emily membuka obrolan agar suasana menjadi cair.

Semua orang segera mengangguk cepat, mereka penasaran darimana asal usul darinya. Hingga sudi menjadi bagian desa Flungle, tempat ras setengah hewan tinggal.

"Panjang ceritanya, tetapi aku bisa meringkasnya!"

Storm dengan serius bercerita kepada mereka semua namun tentunya tak selalu apa yang dia katakan selalu benar.

Dia menutupi jika dirinya manusia dari bumi yang memasuki dunia game ini.

Lathering Later.

"Jadi begitu...

"Aku berasal dari tempat lain dan tersesat kedalam hutan terlarang dikarenakan mengejar hewan langka yang kulihat!"

Storm berdalih dengan mengatakan jika dia berasal dari wilayah Utara, dia bisa kehutan terlarang karena berpetualangan bersama rekan rekannya.

Namun ditengah perjalanan, dia melihat seekor kucing dengan bulu emas menggemaskan yang berlari memasuki hutan terlarang.

Dan itu adalah awal dimana dia tak sengaja menemukan dirinya berada didesa Flungle.

"Lalu bagaimana dengan seekor kucing berbulu emas itu? Apa dia berhasil melarikan diri?"

Shlypy ragu mendengar ceritanya itu.

Mana mungkin ada ras setengah hewan memiliki bulu emas didesa Flungle. Tetapi Shylpy segera membantahnya, tuan Rem pastinya tidak berbohong kepada mereka semuanya.

"Itu- ya, kucing sialan itu menghilang entah kemana? Aku tidak mengetahuinya sama sekali!"...

Storm tersenyum getir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Nyaris saja bualannya dicurigai oleh gadis kelinci itu. Dia lega karena mereka semua mempercayai bualannya. Bagaimanapun juga dia harus menjaga siapa jati dirinya sebenarnya dari siapapun didunia ini.

More Chapters