Waktu berjalan cepat. Masa SMA mereka mendekati akhir. Aula sekolah dipenuhi siswa yang mengenakan seragam putih penuh coretan tanda tangan dan pesan perpisahan.
Melody berdiri di tengah aula, memandangi kenangan tiga tahun terakhir yang berputar di kepalanya. Ia tersenyum ketika Kenny dan Larry mendekat, masing-masing membawa spidol.
"Giliran kami tanda tangan di baju kamu," kata Kenny dengan senyum ceria.
Melody tertawa."Silakan. Jangan tulis yang aneh-aneh ya."
Kenny menggambar emotikon lucu di lengan baju Melody, sementara Larry menulis pesan sederhana di bagian belakang: *"Jangan pernah berhenti tersenyum. - Larry"*
Melody membaca pesan itu, lalu menatap mereka dengan mata berkaca-kaca."Kalian berdua… selalu jadi penyemangatku. Aku nggak akan pernah lupa."
Sore itu, mereka bertiga duduk di taman sekolah untuk terakhir kalinya. Suasana hening, hanya suara angin yang meniupkan dedaunan.
"Aku nggak tahu hidupku akan seperti apa setelah SMA," kata Melody pelan. "Tapi satu hal yang pasti, kalian adalah bagian terbaik dari masa remajaku."
Kenny tersenyum pahit."Kita juga, Mel. Kamu bagian terbaik hidup kami."
Larry menambahkan dengan suara lembut, hampir berbisik."Apa pun yang terjadi nanti, kamu selalu punya kami."
Melody memandang mereka dengan mata yang mulai berembun."Aku sayang kalian. Kalian sahabat terbaikku."
Kenny dan Larry hanya tersenyum. Mereka ingin sekali mengatakan lebih dari itu—tentang cinta yang terpendam, tentang hati yang diam-diam terluka—tetapi mereka memilih diam.
Karena mereka tahu, kadang cinta sejati bukan tentang memiliki, tapi tentang menjaga.