Di sebuah planet kecil bernama Vermalion, tersembunyi di balik debu kosmos, hiduplah sebuah keluarga sederhana bermarga Hu.
Mereka hidup biasa—namun bahagia.
Hari-hari mereka dipenuhi tawa, makanan hangat, dan kisah-kisah sederhana yang mungkin tak berarti bagi dunia, namun segalanya bagi mereka.
Di antara mereka, ada seorang anak laki-laki—Hu Tian Ji.
Lemah. Rapuh.
Bahkan dibanding manusia biasa, ia tak memiliki kekuatan sedikit pun.
Namun tak satu pun dari keluarganya peduli akan hal itu. Mereka mencintainya—tanpa syarat.
Hingga suatu malam, langit Vermalion berubah menjadi merah darah.
Sekelompok makhluk misterius turun dari langit—
Dari dunia asing yang tak bernama.
Mereka membawa satu hal saja: kehancuran.
Dalam hitungan jam, kota-kota dilalap api.
Darah membanjiri tanah.
Jeritan terdengar hingga ke ujung langit.
Keluarga Hu melarikan diri ke dalam gua kuno di lembah utara.
Namun takdir memang selalu kejam—mereka ditemukan.
Ayah dan ibunya berdiri di barisan depan, melindunginya—
Mengorbankan diri demi sang anak.
Dan di saat-saat terakhir sebelum tubuh mereka hancur berkeping—
Tanah di bawah Hu Tian Ji retak terbuka.
Sebuah cahaya purba menelannya ke dalam dimensi kegelapan yang tak dikenal.
Di sana, sebuah suara bergema.
Tua. Dalam. Mengerikan.
> "Jika dunia menolak kehendakmu… maka jungkirbalikkanlah dunia itu sendiri."
Di tangannya, muncul sebuah gulungan hitam…
Mantra Pembalik Kehendak (逆命诀).
Sejak saat itu, bocah lemah bernama Hu Tian Ji—
Tak lagi berjalan di bawah langit.
Ia berjalan… untuk menghancurkannya.
---
Hu Tian Ji terhuyung saat cahaya kuno memudar.
Ia berdiri di ruang tak terbatas—gelap, namun tak sunyi.
Dinding-dinding hitam memantulkan gema dari jiwanya sendiri, seolah tempat itu hidup… atau sedang menghakiminya.
Gulungan hitam di tangannya berdenyut pelan, seperti jantung dari binatang purba yang sedang tidur.
Saat disentuhnya, gulungan itu terbuka dengan sendirinya—simbol-simbol asing melayang ke udara, berputar, menggerogoti pikirannya, mengoyak batas antara akal dan naluri.
Tiba-tiba—rasa sakit.
Membelah tengkoraknya.
Membakar urat-uratnya.
Tubuhnya jatuh, menggeliat di lantai batu yang dingin. Tapi tak ada darah yang keluar.
Sebaliknya, urat-uratnya perlahan berubah warna—dari merah menjadi hitam keperakan, seperti tinta langit malam yang dituangkan ke dalam daging manusia.
> "Mantra Pembalik Kehendak (逆命诀)… bukanlah teknik biasa," bisik suara itu lagi—lebih jelas kini, lebih dekat, seolah bernafas di lehernya.
"Ia adalah kutukan bagi dunia, tapi berkah bagi mereka yang cukup hancur untuk menolaknya."
Hu Tian Ji tak berkata apa pun.
Namun matanya—yang dulu selalu tertunduk—kini perlahan terbuka, menatap kegelapan dengan kilatan dingin.
---
Lima tahun kemudian.
Planet Vermalion tak lagi hidup.
Yang tersisa hanyalah debu dan reruntuhan, disapu angin tandus tanpa belas kasih.
Namun di reruntuhan kota suci yang dulunya bernama Luoying, para kultivator dari berbagai dunia berkumpul—karena satu alasan:
Sebuah bayangan muncul dalam mimpi para peramal, cenayang, bahkan dewa kecil dari Surga Keempat.
Visi tentang seorang pemuda bermata hitam legam, berdiri di antara langit dan bumi… membakar langit hanya dengan tatapannya.
> "Dia yang berjalan tanpa langit. Tubuhnya membawa kehendak terbalik dari dunia ini."
Dan di tengah reruntuhan Luoying, di atas altar kuno yang dipahat dengan darah—
—berdirilah Hu Tian Ji.
Jubahnya hitam dan compang-camping.
Rambutnya panjang dan tak terurus.
Namun yang paling menakutkan bagi mereka yang melihatnya… bukanlah kekuatannya—
—melainkan tatapannya: diam, tanpa emosi.
Seperti seseorang yang telah mengubur dirinya sendiri… dan bangkit kembali hanya untuk satu tujuan:
Balas dendam.