Langit senja mewarnai puncak Gunung Langit Suci dengan kilau keemasan yang lembut. Awan menggantung rendah, seolah takut menyentuh tanah yang telah disucikan oleh jejak para dewa sejak ribuan tahun silam.
Di atas batu giok besar yang mengambang di udara, duduklah seorang pria muda berpakaian putih sederhana. Rambut hitamnya menjuntai bebas, berkilau seperti malam yang baru lahir. Di sekelilingnya, udara bergetar halus, menciptakan gelombang qi yang mengalir seperti sungai tak kasat mata.
Sun Chen.
Dewa kultivator. Pemilik kehendak langit. Penguasa delapan lapisan langit dan sepuluh aliran dimensi. Ia adalah eksistensi yang bahkan para iblis pun menyembunyikan nama di hadapan-Nya.
Namun kini, ia hanya diam dalam meditasi hening. Matanya terpejam. Tubuhnya tak bergerak, seakan menjadi bagian dari alam.
Qi mengalir seperti laut tenang di sekeliling tubuhnya. Batu giok di bawahnya berkilau, lalu bergetar—seolah menyambut sesuatu. Di saat itulah, getaran aneh merayap masuk ke ruang meditasi yang telah terisolasi dari segala waktu dan ruang.
Sun Chen membuka matanya perlahan.
Tatapannya tajam, namun damai. "Ini… bukan dari dimensi ini."
Seketika itu juga, langit di atasnya bergetar. Awan terbelah. Cahaya hitam, seperti pusaran tinta langit, muncul membentuk lingkaran gelap sempurna—sebuah portal.
Bukan portal yang menghisap, melainkan memanggil.
Sun Chen berdiri. Tak ada ketakutan di dalamnya. Hanya rasa ingin tahu. Ia melangkah ringan, dan tubuhnya menghilang—masuk ke dalam portal tanpa suara.
Begitu kakinya melewati batas dimensi, portal itu langsung menutup. Tidak tersisa satu pun jejak qi. Bahkan seorang dewa pun tak akan bisa melacaknya kembali.
⸻
Sun Chen melayang di ruang hampa.
Tempat ini bukan langit spiritual. Bukan dunia bawah. Bahkan bukan salah satu dari sembilan dimensi suci.
"Aneh," gumamnya. "Ruang ini… terlalu sunyi untuk tempat hidup, namun terlalu penuh untuk disebut hampa."
Lalu tiba-tiba, seberkas cahaya membentuk tanah di bawahnya. Langit muncul, dipenuhi asap hitam dan langit kelabu. Suara-suara aneh terdengar dari kejauhan: ledakan, raungan, dan jeritan.
Sun Chen mendarat perlahan di atas batu tinggi di pinggir tebing.
Matanya menyipit.
Di kejauhan, ia melihat sekelompok manusia bersenjata aneh—logam dan armor modern, bukan pedang spiritual—berjuang melawan seekor monster besar mirip naga kecil. Tubuhnya bersisik, matanya merah menyala. Monster itu mengamuk, menghembuskan api hitam ke arah para pejuang itu.
Namun yang paling menarik perhatian Sun Chen bukanlah monsternya.
Melainkan para manusia itu.
"Pakaian mereka aneh," gumamnya. "Tapi… bahasanya…"
Ia mengaktifkan Penglihatan Qi miliknya. Dengan sekejap, ia mengerti struktur dunia ini.
"Bumi?" Sun Chen tersenyum tipis. "Aku pernah mendengar tentang dunia fana ini. Jadi mereka berhasil membangkitkan qi mereka juga?"
Suara teriakan memanggilnya kembali ke kenyataan. Salah satu manusia—seorang pria muda—tertangkap oleh ekor monster dan dilempar ke udara.
Sun Chen mengangkat jarinya. Setitik cahaya muncul di ujungnya.
Zzt!
Dalam satu sentakan qi, dia melepaskan sinar energi tipis, menembus udara sejauh puluhan kilometer, dan menghantam tepat di antara mata sang monster.
BOOM!
Monster itu berhenti, lalu roboh. Debu membumbung tinggi.
Para manusia itu terdiam. Mereka menoleh, kebingungan.
"Dari mana datangnya serangan itu?!"
Salah satu gadis muda bahkan jatuh berlutut, tubuhnya gemetar.
Dan dalam sekejap mata, angin berputar.
Sosok berpakaian putih muncul di depan mereka—Sun Chen, berdiri tenang, dengan tatapan sejuk dan aura agung.
Rambut panjangnya berkibar oleh angin qi. Wajahnya begitu tampan, begitu sempurna, hingga seorang wanita dalam party itu langsung pingsan di tempat.
Mereka semua membisu.
Seorang pria bertanya terbata, "Ka-kamu… siapa?"
Sun Chen hanya menatap mereka dengan mata tenang. "Aku hanya seorang pengelana dari langit."
⸻
Di sela keterkejutan mereka, pemimpin party itu mulai menjelaskan. Mereka mengira Sun Chen adalah salah satu Hunter Rank-S penyamar yang dikirim dari pemerintah China.
Mereka memperkenalkan diri sebagai hunter Rank-C, dikirim untuk membunuh monster di dungeon ini sebelum melawan boss utama. Mereka mengumpulkan bahan—tulang, gigi, dan inti monster—yang bernilai tinggi untuk dijadikan senjata.
Sun Chen mendengarkan. Tak menyela.
Mereka bicara panjang lebar, kagum dan tergila-gila oleh ketampanannya yang luar biasa. Bahkan di dunia yang penuh selebritas pun, mereka belum pernah melihat manusia seperti dia.
Di tengah pembicaraan, salah satu dari mereka berkata lirih, "Dunia ini dulu damai… sebelum sepuluh tahun lalu. Saat itu, tiba-tiba, portal neraka muncul… dan semuanya berubah."
Sun Chen mengangguk. Ia menyentuh tanah.
"Jadi… kekuatan dunia ini dulunya tersegel."
Ia memandang langit.
"Dan segel itu… telah dihancurkan."