Nyanyian burung mengikuti aliran angin hingga sampai ke telinga Seekor naga dewasa.
Naga itu berwarna hitam legam, wajahnya tidak memiliki soket mata, hanya lubang hidung dan mulut penuh gigi tajam yang terlihat.
Sepasang sayap besar bergeser, cakar di ujung sayapnya menggaruk tanah—menciptakan goresan halus.
Mungkin terganggu kicauan merdu burung-burung cantik, naga itu mulai mengangkat kepalanya, lalu perlahan bangun menggunakan keempat kakinya yang kuat.
Naga yang masih mengantuk itu mulai menguap.
Apa yang terjadi ketika naga menguap?
Jika manusia ketika menguap bisa membangunkan kucing dan anjing yang tertidur, maka suara yang dihasilkan naga ketika menguap dapat membangunkan gunung berapi—suaranya menggelegar.
Seperti mengumumkan bangunnya sang penguasa alam. Suaranya membangunkan semua binatang dari kepala gunung hingga kakinya.
Naga itu tersentak, tubuhnya bergetar dan kepalanya terus bolak-balik seolah mencari sesuatu.
Ada apa dengan naga itu?
Perkenalkan, namanya Luca, dia awalnya adalah seorang manusia yang hidup di zaman ke-21 sebelum hari ini dimulai.
Terbangun dari tidur nyenyaknya, luca menguap dan terkejut hingga tersentak karena suaranya yang menggelegar.
Dia awalnya mulai mencari asal suara itu sebelum kembali terkejut.
Dia tidak bisa "melihat"!
Visinya gelap, dia hanya bisa "merasakan" dan "memetakan" apa yang ada disekitarnya sebagai cara "melihat".
Mirip dengan radar, bagian tubuh yang tidak dikenalnya memancarkan sebuah gelombang sensor secara pasif. Memungkinkannya untuk mengetahui lingkungan sekitarnya tanpa melihat apapun!
[Apa yang terjadi?]
Meski terheran-heran dengan penemuannya, Luca merasa emosinya lebih dingin dari Antartika.
[ini aneh... Apakah mimpi?]
Bagaimanapun, Luca mulai fokus pada "penglihatan sensorik" nya, mencari tahu dimana dia berada.
Sisik-sisik yang tidak diketahui bagun dan bergetar, memancarkan gelombang sensor yang mengungkapkan kepada Luca dimana dia berada.
Yang Luca sadari pertama kali adalah bentuk tubuhnya saat ini, kemudian tanah dan langit-langit dari bebatuan, hal lain yang ia sadari adalah tidak adanya mahluk lain selain dirinya.
Ini mengungkap bahwa dia adalah seekor naga besar yang berada di sebuah gua bersih tanpa serangga.
Luca terdiam, dia tidak tahu harus bagaimana.
[Aku bangun sebagai naga buta, ada tips?]
[Haha... Mungkin ini mimpi.]
Tanpa aba-aba, Luca menghempaskan sayapnya—mendorong dirinya ke atas hingga membentur gua.
[Ofsh!]
[Ini nyata?]
Terjatuh bersama bebatuan dengan keras, Luca "duduk" diam dalam keheningan...
... Sebuah batu jatuh tepat di bagian sisik sensoriknya diam-diam.
Sayapnya berkedut, sisik sensoriknya tertutup saat itu juga. Luca semakin terdiam.
[Apa yang harus kulakukan sekarang?]
[Sudah cukup buruk aku tumbuh di panti asuhan, sekarang setelah aku akhirnya lepas dan mendapatkan pekerjaan yang kuinginkan, inilah yang terjadi?]
[Tuhan dan takdirnya sangat baik!]
Yang membuat manusia menjadi manusia adalah kemampuan beradaptasi mereka yang diluar nalar.
Jika mahluk lain beradaptasi dengan lingkungan, maka manusia memaksa lingkungan beradaptasi dengan mereka!
Dengan pikiran seperti itu, Luca mulai meratakan bebatuan yang jatuh lalu menggeser tubuhnya untuk kembali tidur sambil berharap menjadi manusia saat bangun nanti.
¿? ¿? ¿? ¿?
Sayangnya, dia tidak bisa tidur. Jadi luca mulai ber eksperimen pada "penglihatan sensorik" miliknya.
Dia menemukan bahwa "penglihatan sensorik" nya tidak menggunakan gelombang seperti radar, melainkan sebuah sisik kecil seperti bulu yang terhubung dengannya. Melalui sisik kecil yang mengikuti angin ini, dia merasakan semua hal di sekitarnya.
Otaknya memetakan peta 3D dari setiap sudut yang bisa ditemukan melalui sisik kecil ini.
Luca dapat memetakan gua ini yang berukuran sekitar 50 meter dengan detail saat fokus pada penglihatan sensoriknya.
Namun dia kemudian mengalami pusing dan mual yang disebabkan oleh masuknya banyak informasi sekaligus, yang berarti sekitar 50 meter adalah batasnya.
Secara pasif, luca menemukan dia bisa memetakan 20 meter tanpa masalah.
[Orang lain menjadi pokemon super kuat, memiliki penglihatan "Naga" 360 derajat dengan resolusi 100 kali lebih baik dari manusia.]
[Disinilah aku, menjadi Naga tanpa mata.]
[Mungkin keberuntungan tidak pernah mengikuti keajaiban.]
"Grrhaaarh" adalah bentuk teks dari suara helaan nafas Naga yang lelah. Suara ini mengguncang gua dan mengusir burung ke tanah, takut mengusik penguasa langit yang sebenarnya!
[Apa yang harus kulakukan sekarang?]
Menggeser Kaki depannya, Luca menemukan posisi terbaik untuk melamun dengan meletakan kepalanya pada kaki depannya.
[Omong-omong, karna aku tidak bisa melihat, bagaimana cara aku tahu apakah ini siang atau malam?]
Sebagai penganut pola pikir "Bertindaklah saat ragu", Luca langsung mengangkat tubuhnya dengan canggung. Berjalan satu langkah pada satu waktu sambil mengangkat kepalanya.
Setelah keluar gua, Luca sekadang bisa mendengar lebih jelas—Suara alam purba yang dipenuhi kicauan burung dan raungan monster.
[Oh? apakah ini bagainana binatang merasakan suhu?]
Di penglihatan sensoriknya yang gelap gulita, secerah warna warni bercampur seperti lukisan air, membentuk dunia "Van Gogh" yang aneh dan indah pada saat yang sama.
[... Menakjubkan.]
Luca memerhatikan dalam diam saat warna warni ini bergerak perlahan, penglihatan sensoriknya cerah dan suhu tubuhnya meningkat perlahan.
Saat ini pagi hari dan Luca memastikan dia berada di hutan rimba alih-alih pegunungan seperti yang selalu digambarkan orang-orang dulu.
Luca berdiri, menggerakan sayapnya dan melebarkan penglihatan sensoriknya perlahan. Warna warni baru muncul secara perlahan membentuk dunia binatang yang lengkap dengan hewan dan serangganya. Namun dia menemukan satu titik buta berwarna hitan putih, mirip tombol tepat di depan kepalanya.
[Huh?]
Luca mulai menggerakan kepalanya ke segala arah, bahkan maju dan mundur, namun titik buta ini tetap berada di depan kepalanya.
[Apakah ini sistem?]
Kemungkinan yang muncul tidak membuatnya se senang yang ia kira. Luca mengangkat satu kaki depannya dan menyentuh tombol dengan cepat.
Visinya ambyar ketika satu persatu teks membosankan melayang dengan hancurnya tombol itu, teks itu kemudian berkumpul dan membentuk sebuah panel yang berisi:
{Panel sistem}
>Host<
>Statistik<
>Tugas<
>Dunia<
[...]
[itu saja?]