Markas Rahasia Specter Eidolon – Ruang Rapat Khusus
Bau logam dan kopi basi menyelimuti ruang rapat bawah tanah yang dingin.
Empat pria dengan wajah tertutup masker duduk di sekeliling meja bundar digital. Di tengah-tengah, hologram menampilkan foto buram—seorang pemuda berambut hitam, dengan separuh wajah tertutup topeng.
Night Hunter.
> "Informasi terakhir dari sektor 3 dan 5 menyatakan: target bergerak bebas di area pemukiman. Ia menghilang dalam waktu dua detik dari sistem pelacakan kami,"
ujar salah satu pria, suaranya penuh tekanan.
Pria lain meninju meja.
> "Bagaimana mungkin anak berumur belasan bisa memanipulasi sistem pelacakan milik Specter?!
Semua diam.
Karena dalam hati, mereka tahu—yang mereka lawan bukan manusia biasa.
> "Kita tidak sedang memburu remaja," ucap pemimpin rapat dengan tenang.
"Kita sedang diburu oleh legenda hidup... dan kita bahkan belum tahu tujuannya."
Semua kepala menunduk.
Mereka tak tahu… Night Hunter sudah bergerak, dan markas mereka adalah target berikutnya.
---
Markas Black Mantis – Ruang Observasi
Di tempat lain, ruangan remang dengan layar monitor yang memenuhi dinding.
Sosok pria tinggi berjubah gelap berdiri di tengah ruangan, tangannya mengelus janggut pendeknya.
> "Reivan Arkady… atau nama lainnya: Night Hunter," gumamnya.
Salah satu bawahan datang membawa rekaman dari salah satu kamera tersembunyi yang mengintai Reivan.
Dalam rekaman itu: Reivan mengenakan topeng, pakaiannya berubah, dan dalam sekejap menghilang dari kamera.
> "Dia... dia tahu kita mengawasi."
"Dan dia sengaja membiarkan kita melihat sedikit dari kekuatannya," ucap pria itu pelan.
> "Bilang ke semua unit... kita bukan predator lagi. Kita mangsa."
---
Esok Harinya – Sekolah Kembali Normal... di Permukaan
Di ruang kelas 1-B, Reivan duduk dengan wajah biasa. Angin dari jendela berembus lembut ke rambut hitam pendeknya. Tak ada yang menyangka… tadi malam ia hampir menerobos dua sistem keamanan organisasi kriminal paling gila di dunia.
Tapi hari ini, justru hal lain yang membuatnya sedikit pusing.
> Tiga gadis kini berdiri di hadapannya—Aveline, Lyra, dan Chika.
> "Rei, hari ini... kita makan siang bareng, ya?" kata Chika duluan, dengan suara manis.
"Eh?! Aku juga mau!" sahut Lyra cepat.
"Kalau begitu aku ikut juga," ucap Aveline datar, namun tatapannya tajam ke dua temannya.
Reivan hanya mengangguk santai.
> "Terserah. Tapi aku makan di atap."
Ketiganya langsung mengikuti.
Sementara dari kejauhan, Kori hanya tertawa pelan sambil menyender di kursi.
> "Kasihan juga lu, Van. Diburu organisasi... diburu cinta juga."
---
Atap Sekolah – Saat Istirahat
Langit siang bersih. Angin bertiup lembut.
Reivan duduk bersila di lantai atap, dikelilingi oleh tiga gadis cantik yang berebut duduk di sebelahnya. Lyra duduk di kanan, Chika di kiri, dan Aveline di depan.
> "Jangan rebutan, nanti si Rei bingung milih," ucap Chika sambil menyenggol Lyra.
"Tapi aku udah duluan dekat sama dia," balas Lyra sambil manyun.
"Kalian ribut lagi… dasar kekanak-kanakan," gumam Aveline pelan.
Reivan hanya menahan senyum, menikmati makanannya seolah semua ini hanyalah tontonan.
> "Enak juga sih... dijadiin rebutan," gumamnya pelan.
> "APA?!" ketiga gadis itu menoleh bersamaan.
Reivan langsung pura-pura fokus ke makanannya.
Mereka bertiga langsung memerah.
---
Sore Hari – Pulang Sekolah
Biasanya, Reivan akan pulang bersama Aveline atau Chika. Tapi kali ini, saat Aveline menghampirinya…
> "Rei, kita—"
"Aku ada urusan malam ini. Pulang duluan aja," ucap Reivan cepat.
Aveline terdiam, menatap punggungnya yang menjauh. Tapi entah kenapa… ia merasa cemas.
---
Malam Hari – Operasi Dimulai
Bayangan bergerak cepat di atas atap-atap bangunan kota.
Night Hunter telah kembali.
Dengan topeng separuh hitam dan jubah hitam yang melayang elegan, Reivan menatap gedung tua di bawahnya—markas Black Mantis.
Ia turun perlahan, tanpa suara, menyusup melewati sensor dan pelindung.
Namun jauh di belakang, di menara pengamatan...
Alexandros dan beberapa agen elit lain dari organisasi lamanya mengawasi dari kejauhan.
> "Dia... bergerak tanpa tim?" gumam salah satu agen.
"Dia tahu kita mengawasi… tapi tidak peduli."
Alexandros diam menatap proyeksi zoom dari wajah Reivan dengan topengnya.
"Kau sudah melampaui segalanya, Nak…"
Night Hunter bergerak seperti bayangan.
Malam ini… bukan mereka yang berburu.
Dialah pemburu.
Dan darah akan menjadi harga dari pengetahuan yang mereka sembunyikan.
---