Markas Black Mantis – yang menjadi Sisa-sisa Neraka
Api, puing, dan darah.
Sisa-sisa tubuh agen Black Mantis berserakan di lorong bawah tanah. Dinding yang tadinya dilapisi baja kini robek seperti kertas. Tak ada sistem keamanan yang tersisa. Tak ada jejak penyusup.
Hanya satu benda yang tersisa—laptop terbuka, dengan layar menyala.
Rekaman pendek diputar berulang:
> "Tak ada bayangan yang bisa bersembunyi... dari bayangan yang lebih kelam."
> – N.H.
Logo Night Hunter tercetak di layar dalam bentuk simbol burung hantu bertopeng—hitam, dingin, dan menatap langsung ke kamera. Lalu video mati.
> "Mereka... semua mati…" bisik salah satu agen senior yang datang terakhir.
> "Tiga puluh enam elit, lenyap dalam semalam," ucap yang lain.
Tak satu pun dari mereka tahu bagaimana Night Hunter bisa menembus tujuh lapis keamanan, dua puluh kamera, dan tiga sistem pertahanan otomatis.
Namun hasilnya jelas:
Markas Black Mantis… hancur total.
---
Dalam Ruangan Rapat Tertutup – Markas Specter Eidolon
Seorang pria dengan jas gelap duduk di ujung meja panjang. Tatapan matanya tajam, wajahnya tertutup topeng logam di sisi kiri—pemimpin Black Mantis.
Di sampingnya, seorang pria kurus tinggi dengan jubah putih dan simbol ular kembar—pemimpin Specter Eidolon—berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya gelap.
Di hadapan mereka, layar besar menampilkan potongan rekaman kamera pengawas yang rusak.
Rekaman sesaat sebelum markas hancur.
Dalam video kabur itu: siluet hitam dengan jubah panjang melayang seperti asap, mata bercahaya dari balik topeng, dan pisau pendek yang dilempar begitu cepat hingga kamera langsung mati.
> "...Dia mengirim pesan," ucap pemimpin Specter pelan.
"Dan pesan itu sangat jelas."
> "Kita diburu."
Pemimpin Black Mantis menghantam meja.
> "Jika markasku bisa dihancurkan dalam satu malam... siapa berikutnya? Kau?!"
Pemimpin Specter menatap dingin.
> "Dia akan datang ke sini. Kita hanya belum tahu kapan."
Keduanya saling menatap, lalu mengangguk.
> "Kerahkan seluruh unit mata-mata. Aktifkan sistem pertahanan tingkat lima.
Buat markas ini jadi benteng. Mulai sekarang, Night Hunter adalah musuh utama kelas absolut."
---
Beberapa Jam Sebelumnya – Saat Operasi Dimulai
Reivan, atau kini dikenal sebagai Night Hunter, berdiri di atas atap markas Black Mantis saat malam menggulung kota.
Topeng hitam menutupi wajahnya. Jubah gelap melayang mengikuti angin.
Tangannya menggenggam dua bilah senjata hitam pendek, berbentuk seperti taring terbalik.
> "Mulai," ucapnya.
Dalam tiga detik, dua penjaga pertama tumbang. Tak sempat berteriak. Leher mereka dipotong bersih—senyap, efisien, kejam.
Night Hunter bergerak bagai bayangan hidup.
Satu per satu lorong markas menjadi arena pembantaian. Tiap langkahnya diwarnai suara nafas terakhir dan darah di dinding.
> "Terlalu mudah..." gumamnya sambil menghindari peluru, lalu melempar pisau ke arah sniper di lorong atas.
Darah berceceran, tapi tak satu pun berasal dari dirinya.
Dia adalah pemburu malam.
Dan malam itu… adalah miliknya.
---
Malam Usai – Strategi Baru Dimulai
Di markas Specter Eidolon, seluruh sistem keamanan kini aktif.
Drone pengawas, sensor panas, detektor gerakan, radar elektromagnetik, serta puluhan agen elit dari dua organisasi berdiri di setiap titik strategis.
> "Dia takkan bisa menembus ini," ujar salah satu kepala keamanan.
Tapi pemimpin Specter hanya tersenyum miring.
> "Begitu juga kata Black Mantis… sebelum markas mereka musnah."
Sementara mereka sibuk bersiap…
Di atas gedung tertinggi kota, Night Hunter berdiri dalam diam. Angin malam meniup ujung jubahnya. Di tangannya—sebuah foto yang telah terbakar setengahnya.
> "Tinggal satu lagi…"
---