Cherreads

Chapter 13 - BAB 13: DIA YANG MENGINTAI DI BALIK BAYANGAN (REVISI BAB 12/part 2)

BAB SELANJUTNYA — "DIA YANG MENGINTAI DI BALIK BAYANGAN"

Langit malam di atas distrik elit Altherion perlahan tertutup awan hitam. Namun, badai yang sesungguhnya bukanlah cuaca… melainkan rencana besar yang mulai bergerak dalam diam.

Dua organisasi paling berbahaya di dunia bayangan—Specter Eidolon dan Black Mantis—mulai menunjukkan taringnya. Mereka tidak lagi hanya mengamati. Sekarang, target mereka adalah satu: Reivan Arkady.

> "Target dipastikan berada di wilayah utara taman pusat, bersama seorang gadis. Sinyal pengawas A-13 telah aktif."

Suara berat agen Specter terdengar melalui saluran komunikasi.

Sementara itu, para eksekutif Black Mantis yang menonton melalui proyeksi data ikut mengepalkan tangan.

> "Jangan buat kesalahan. Habisi dia. Malam ini… Night Hunter harus menghilang dari dunia."

Namun, mereka tak sadar—Night Hunter tidak pernah berjalan tanpa mengetahui siapa lawannya.

---

SISI LAIN – MARKAS ALEXANDROS

Alexandros—ayah angkat Reivan—duduk dalam diam. Mata tajamnya menatap layar hologram yang menampilkan posisi Reivan dan Aveline yang tengah berjalan santai di taman.

Tangan kirinya mengepal.

Dia tahu betapa gilanya dunia bayangan yang sedang mengincar anak asuhnya.

> "Reivan… mereka benar-benar serius kali ini. Bahkan aku tak bisa menghalangi mereka semua…."

"Tapi jika kau—kalau kau hanya anak biasa, kau akan mati malam ini."

Tapi jauh di dalam pikirannya… ia tahu.

Reivan bukan anak biasa.

Dan tetap saja—ia mengirimkan unit mata-mata elitnya, hanya untuk berjaga-jaga. Tapi ketika para agen elitnya mulai bergerak…

> Mereka malah dilindungi oleh Reivan sendiri.

Mereka bingung. Mereka terdiam.

Mereka baru menyadari satu hal… merekalah yang sedang diselamatkan oleh si target.

---

LOKASI: TAMAN UTARA – SAAT SEMUA PERANGKAP AKTIF

Reivan berjalan berdampingan dengan Aveline di jalanan berbatu yang sunyi, dikelilingi pepohonan tinggi dan cahaya lampu taman yang remang-remang.

Aveline tertawa kecil, menyeka rambutnya yang tertiup angin.

> "Hari ini menyenangkan, ya? Aku nggak nyangka kamu suka jalan-jalan seperti ini juga."

Reivan hanya tersenyum tipis.

Matanya setengah menyipit… menghitung langkah, mendengar bisikan udara, merasakan detak bumi.

Dan kemudian—klik.

Dalam sekejap, puluhan bayangan melompat keluar dari balik pepohonan.

Aveline terdiam. Nafasnya tercekat.

> "Reivan!!" serunya panik.

Lingkaran formasi mengepung mereka.

Senapan laser berteknologi silencer ditodongkan. Bom mikro aktif. Perangkap tekanan dari tanah.

"Dapatkan dia. Jangan biarkan dia bergerak."

Dan di layar pengawas Alexandros serta seluruh organisasi, mereka melihat satu hal: Reivan terpojok.

---

Namun, justru di detik itu... segalanya berubah.

Reivan memiringkan kepalanya perlahan. Senyum kecil menghiasi wajahnya.

Tatapannya setenang bulan di tengah badai.

> "Ah, akhirnya… kalian semua keluar juga."

Tangan kirinya terangkat pelan—seolah memberi hormat.

Kemudian, dalam satu gerakan cepat, tubuhnya berputar, menarik Aveline ke belakang, sembari menjatuhkan dua agen ke tanah hanya dengan gerakan siku dan lutut. Senyap, tanpa suara.

Senjata mereka jatuh bahkan sebelum sempat ditembakkan.

> "Kalian pikir bisa memburuku dengan taktik kuno ini?"

"Lucu. Tapi sayangnya… kalian cuma pion dalam permainan yang aku ciptakan."

Satu per satu agen tumbang. Formasi hancur. Sensor dimanipulasi.

Dan di layar organisasi—semua yang menyaksikan:

TERCEKAM.

---

Ancaman Reivan pun menggema, direkam di seluruh saluran komunikasi rahasia:

> "Beri tahu pemimpin kalian…"

"Jika mereka ingin menyentuhku lagi, pastikan dulu siapa yang mereka kirim bukan hanya boneka berbaju hitam."

"Karena lain kali—aku takkan mengembalikan mayat mereka utuh."

> ("Tell your masters... if they dare to reach for me again, make sure they send someone who isn't just a puppet in a black suit. Because next time—I won't return their bodies in one piece.")

Tubuh para agen gemetar.

Yang menyaksikan melalui proyeksi di markas Specter Eidolon dan Black Mantis—terdiam. Beberapa bahkan mundur dari layar, wajah pucat.

Alexandros yang menyaksikan semua itu… tak bisa berkata-kata.

Dia tahu Reivan jenius. Tapi ini...

Ini seperti melihat iblis tersenyum sambil menari di atas panggung kematian.

Dan Aveline?

Dia hanya terdiam di belakang pohon. Matanya membesar.

Bingung. Tak mengerti apa yang baru saja terjadi.

---

Lalu… dengan langkah santai, Reivan kembali menghampirinya.

Menatap Aveline yang masih shock… lalu tersenyum hangat.

> "Maaf ya, kita jalan lagi yuk?"

"Aku masih belum sempat beli es krim rasa favoritmu."

Aveline mengangguk pelan, meski pikirannya masih berkabut.

Reivan menggandeng tangannya, dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa…

Mereka pun kembali berjalan santai di bawah cahaya bulan.

Dan di balik semua layar pengawasan, semua mata hanya bisa memandang…

Terdiam.

Night Hunter telah menunjukkan sedikit dari wajah aslinya—dan dunia bayangan pun mulai gemetar.

More Chapters