Bab 2 – Dunia Bertanya, Aku Menjawab
Pagi berikutnya, aku dibangunkan bukan oleh alarm, tapi oleh suara notifikasi yang tak henti berbunyi.
Twitter trending:
#SatoshiReturns
#BitcoinGod
#RealOrFake
YouTube dipenuhi video reaksi. CNBC, NHK, sampai akun-akun analis crypto dari Jerman, India, dan Brasil berlomba menebak: apakah ini benar-benar sang pencipta?
Forum Bitcointalk sendiri hampir tak bisa diakses karena overload.
"Apa... yang sudah kulakukan?"
---
Sepanjang hari aku mengurung diri di kamar apartemen Aira. Pikiran seperti badai:
> Jika aku mengirim transaksi dari wallet asli, dunia akan percaya.
Tapi... dunia juga akan mencari aku.
Nama Aira akan muncul di setiap media.
Aku tidak akan punya hidup normal.
Pemerintah bisa menganggapku ancaman.
Dunia kripto bisa berubah drastis.
Aku... bukan pahlawan. Aku cuma orang biasa yang terjebak di tubuh jenius.
Saat aku menatap layar kosong di editor pesan Bitcointalk, hatiku berbisik: jangan terlalu cepat.
Dan akhirnya, aku mulai mengetik.
---
> Judul: Mengenai Postingan Sebelumnya
Halo semuanya.
Terima kasih atas reaksi kalian.
Aku bukan dewa, bukan nabi, bukan penyelamat dunia keuangan. Aku orang biasa—yang sedang mencari arah di dunia yang kompleks.
Apakah aku benar-benar Satoshi? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi satu hal yang pasti: jika dunia tahu siapa aku sebenarnya saat ini, hidupku tidak akan pernah sama.
Dan aku belum siap.
Mungkin suatu hari, jika aku telah mencapai sesuatu yang berarti, jika aku bisa berdiri bukan karena nama masa lalu, tapi karena siapa aku sekarang... aku akan kembali.
Untuk saat ini, anggap saja aku hanya angin yang lewat.
Terima kasih.
---
Aku menekan Post.
Notifikasi kembali meledak. Ada yang menyebutku pengecut. Ada yang bilang aku bijak. Beberapa mulai percaya... bahwa ini benar-benar dia.
Tapi untuk pertama kalinya sejak bangun sebagai Aira Hoshikawa... aku merasa sedikit lebih ringan.
Mungkin... ini bukan akhir.
Mungkin... ini awal.
---
Hari-hari berlalu sejak postinganku di Bitcointalk. Komunitas masih gaduh, tapi perlahan mulai tenang. Beberapa percaya aku cuma penipu yang kebetulan punya akses ke akun lama. Yang lain? Mereka menunggu bukti. Tapi aku sudah membuat pilihanku: aku tidak akan hidup dalam bayang-bayang.
Dulu, sebagai pria 34 tahun, aku menghabiskan hidup di balik layar monitor. Gaji cukup, skill bagus, tapi... tidak ada yang mengingatku. Bahkan orangtuaku pun hanya bilang, "Kamu kerja, ya bagus. Tapi kapan nikah?"
Kini, di tubuh Aira Hoshikawa—mahasiswi jenius dari keluarga terpandang, dengan otak yang luar biasa dan wajah yang terlalu cantik untuk kubiasakan—aku diberi kesempatan kedua.
Dan kali ini... aku tidak akan jadi pengecut.
---
Langkah Pertama: Kekuasaan Finansial
Aku membuka kembali file crypto Aira. Beberapa wallet masih aktif. Jumlahnya... bahkan aku tak bisa menyebutnya tanpa merasa pingsan. Angka di layar itu... bisa membeli gedung kampus ini lima kali lipat.
> Tapi uang hanya alat.
Aku butuh sistem. Butuh kendali.
Aku mulai menyusun rencana: bangun perusahaan, perlahan, tapi legal. Fokus awal: AI dan keamanan blockchain—dua bidang yang aku dan Aira kuasai. Aku akan mulai dari bawah, seolah aku "Aira Hoshikawa biasa." Biar dunia melihat hasilku, bukan mitos Satoshi.
---
Langkah Kedua: Jabatan & Prestasi Nyata
Kampus tempat Aira kuliah adalah salah satu yang terbaik di Tokyo. Dengan IQ dan memori barunya, kuliah S2 bisa kulibas sambil tidur.
Tapi itu bukan tujuan.
Aku daftar program inkubasi startup universitas. Buat proposal: Quantum-Resistant Blockchain Protocol (QRP). Judulnya berat, tapi isinya sederhana—masa depan crypto harus aman dari komputer kuantum. Belum ada yang bisa, tapi aku bisa.
> Kalau bisa membuat para profesor membicarakan nama Aira bukan karena kecantikannya, tapi idenya... aku tahu aku ada di jalan yang benar.
---
Langkah Ketiga: Membentuk Aliansi
Tidak ada orang sukses yang benar-benar sendirian. Aku mulai mengamati orang-orang sekitar:
Dosen muda yang idealis.
Mahasiswa senior yang ahli UI/UX.
Putra konglomerat yang sedang cari ide proyek.
Dan satu cewek introvert yang kelihatan jago nge-hack, tapi belum terbuka.
Aku akan rekrut mereka. Bangun tim. Jangan tampil sebagai bos, tapi pemantik.
Aira Hoshikawa akan menciptakan sesuatu dari nol.
Dan saat waktunya tiba... ketika aku sudah punya pengaruh, capaian, dan kekuatan—aku akan bicara ke dunia.
Bukan lewat forum. Tapi di atas panggung konferensi global. Dan saat aku mengatakan:
> "Aku adalah Satoshi Nakamoto."
Dunia tidak akan tertawa.
Dunia akan terdiam.
Dan akhirnya... percaya.
---
Sudah dua minggu sejak aku mengirim pesan iseng itu:
> "Halo. Saya Satoshi Nakamoto."
Forum Bitcointalk terbakar. Media mulai melirik. Tapi karena aku tidak memberi bukti lebih, sebagian mulai menganggap itu hanya lelucon bagus. Namun, hari ini... aku tidak akan bermain aman.
Aku membuka akun itu lagi. Aku menatap layar laptop dalam diam selama beberapa menit. Tanganku gemetar, tapi bukan karena takut.
Karena tekat.
Aku mulai mengetik.
> Judul Thread: [Satoshi Nakamoto] Aku Tidak Akan Bersembunyi Lagi
Isi:
Selama bertahun-tahun, nama "Satoshi Nakamoto" menjadi bayangan. Simbol tanpa wajah. Sebuah mitos yang sengaja disembunyikan untuk melindungi visi: desentralisasi, kebebasan, dan resistensi terhadap kekuasaan korup.
Tapi dunia telah berubah.
Sekarang, aku memutuskan untuk menjadi seseorang yang berbeda.
Aku tidak akan menjadi Satoshi yang lama—yang diam, menghilang, dan menunggu sejarah berbicara.
Aku akan muncul.
Tapi bukan sebagai "Satoshi Nakamoto."
Aku akan menunjukkan diriku saat aku memiliki uang, kekuasaan, dan pengaruh yang cukup besar untuk menandingi para raksasa dunia.
Saat itu tiba, aku tidak akan bersembunyi. Aku akan berdiri di atas panggung dan berkata:
> "Aku adalah pencipta Bitcoin. Dan ini adalah wajahku."
Aku tidak butuh kepercayaan kalian sekarang.
Biarkan waktu membuktikan semuanya.
-A
Aku menekan "Post", dan dunia pun bergerak.
---
Beberapa Jam Kemudian...
Laman-laman berita crypto mulai menangkapnya.
> "Satoshi Nakamoto Membuat Pernyataan Terbuka: 'Aku Tidak Akan Bersembunyi Lagi'."
"Siapa Sosok Baru di Balik Forum Ini?"
"Sebuah Akun Tua, Sebuah Janji Baru."
Aku menatap layar sambil menyandarkan tubuh ke kursi. Dada ini terasa penuh—bukan karena takut ketahuan, tapi karena... beban ambisi.
Mulai saat ini, tidak ada jalan mundur.
---
Di Dunia Nyata...
Esok harinya, aku melihat berita itu dibicarakan di TV, dibahas di podcast, dipertanyakan oleh profesor bahkan dikomentari oleh Elon Musk—lagi.
Beberapa bilang aku gila.
Beberapa bilang aku penipu.
Tapi satu hal yang pasti: mereka mulai memperhatikan.
Dan itu cukup.
> Sekarang aku hanya perlu membuktikan bahwa aku layak diperhatikan.
---